Kamis, 24 Mei 2012

Mata Gadis Palestina

Karya : M. Santoso
Al viva gadis kecil berumur 5 tahun  yang tinggal bersama keluarganya di  Negara bagian Palestina. Ibunya bekerja sebagai buruh cuci didesa qoir, tempat mereka tinggal, sedang  ayah al viva menjadi pedagang sayur di pasar dekat kota. Kehidupan al viva dan keluarganya bisa dibilang sangat kekurangan. Mereka sehari-hari makan dengan makanan yang seadanya dan tidak jarang pula mereka tidak makan. Demikian pula dengan al viva, gadis kecil itu tidak dapat bersekolah karena orang tuanya tidak sanggup membiayai sekolah anaknya itu. Di desa tempat mereka tinggal, al viva dan orang tuanya dikucilkan oleh warga desa yang lain karena keadaan ekonomi mereka yang serba kekurangan.
            Suatu hari, ketika al viva sedang membantu ibunya mencuci pakaian, dengan polosnya al viva kecil itu bertanya kepada ibunya “bu kenapa keluarga kita tidak bisa diterima oleh orang-orang sekitar, dan kenapa aku tidak mempunyai teman di desa ini ?”. ibu al viva hanya terdiam mendengar pertanyaan anaknya itu dan lekas menjemur pakaian yang  selesai mereka cuci.
Senja  mulai menyelimuti desa itu, tiba saatnya ayah al viva pulang berdagang dari pasar. Al viva pun menunggu ayahnya di depan pintu rumah. Dari kejauhan terlihat sosok pria berjalan mendekat sambil membawa sesuatu dipundaknya,  tanpa ragu al viva pun  menghampiri pria itu yang ternyata ayahnya dan langsung membantu ayahnya membawa sayuran sisa  yang tidak terjual. “yah mana sayurnya biar aku yang bawa!!” kata al viva kecil sambil menarik-narik baju ayahnya. “memangnya kamu kuat membawanya nak ??” jawab ayah al viva sambil menurunkan sayuran dari pundaknya. “pasti kuat yah!” jawab al viva sambil membawa sayuran di kiri dan kanan tangan kecilnya.
Sementara itu ibu al viva sedang menanti  mereka di dalam rumah,  duduk  terdiam menghadap kearah jendela depan ruang tamu. Dan yang ditunggupun datang dengan membawa sisa sayuran yang tidak terjual. Sesegera mungkin ibu al viva menghampiri mereka berdua dan langsung membawa sayuran sisa ke dapur untuk dijadikan makanan pada hari itu. Al viva pun dengan cekatan segera menyuruh ayahnya untuk duduk dikursi tua yang sudah tua dan tanpa disuruh al viva pun memijat pundak ayahnya yang kelelahan pulang berdagang dari pasar. “yah cepetan duduk, biar aku pijat pundak ayah, ayahkan capek!!!” kata al viva dengan keluguan wajahnya.
Tidak lama kemudian  ibu al viva datang menghampiri mereka dengan membawa sepiring sayur tanpa ada nasi disebelahnya. Tanpa ragu al viva dan orang tuanya melahap sayur tersebut.
Keesokan harinya, ayah dan ibu al viva bekerja seperti biasa. Al viva pada hari itu memutuskan untuk bermain keluar rumah, dia melihat teman-teman sebayanya bermain dengan riang gembira bersama-sama. Al viva pun mencoba mendekat dan berharap dia diajak bermain bersama-sama dengan mereka. “hai teman-teman, mau nggak main sama aku?” ucap al viva dengan wajah yang mengharap. “memang kamu siapa berani bermain sama kita, kamu anak orang miskin, tahu diri dong, pergi sana dasar miskin!!” kata teman-teman al viva. Mereka pun mengusir al viva dan mendorongnya hingga terjatuh. Al viva menangis dan berlari menuju jalan raya. Dia berhenti disebuah pertigaan, karena dia melihat sekor kucing yang kesakitan karena baru tertabrak motor. Tanpa ragu al viva membawa kucing itu kerumahnya, untuk diobati dan dia pun berjanji akan merawat dan memelihara kucing itu.
Sesampainya dirumah, al viva menunjukkan kucing yang ditemukannya kepada ibunya yang sedang mencuci baju. Ibunya terkejut saat melihat anaknya sedang membawa seekor kucing cantik, ibu al viva  mengira  kalau anaknya  mencuri kucing itu, tapi dalam sisi lain ia tak percaya kalau anaknya mencuri. “nak, kamu dapat kucing cantik ini dari mana, apakah kamu mencurinya??” Tanya ibu al viva. “ tidak bu, aku tak mungkin mencuri..aku menemukan kucing ini di jalan sedang kesakitan, lalu aku membawanya pulang untuk diobati” jawab al viva. “oooo…seperti itu, ya sudah kalau begitu, cepat kamu ambilkan kain bekas dan perban di kaki yang sakit!!” perintah ibu al viva.
Al viva pun bergegas mengambil kain bekas dan segera memperban kaki kucing itu. Akhirnya dengan ketekunan al viva dan keluarganya dalam merawat kucing itu, kucing itu pun sembuh dan bisa berjalan lagi. Setiap hari al viva pun,  dihabiskan dengan bermain dengan kucing yang ditemukannya. Al viva merasa baru kali ini dia bisa bermain dengan riang, meskipun dengan seekor kucing. Beberapa bulan setelah kucing itu ditemukan, kucing itu pun menghilang dengan tiba-tiba, al viva pun merasa sangat kehilangan. Ia mencari kesana-kemari tetapi hasilnya nihil. Tak terasa sudah 1 tahun kucing al viva menghilang, dan al viva pun mulai bisa melupakan kucing kesayangannya itu. Hari demi hari dilewati al viva dan keluarganya dengan sangat berat.
Pepatah pernah mengatakan bahwa hidup manusia itu seperti roda yang berputar, kadang diatas dan kadang pula dibawah. Tapi tidak dengan kehidupan al viva kecil, ia selalu dihujat oleh orang-orang sekitarnya.
Tanggal 13 agustus 1994, hari terasa lebih cepat di Negara bagian Palestina. Malam menyelimuti desa tempat al viva tinggal. Dari kejahuan samar-samar terdengar suara gemuruh yang sangat menakutkan al viva dan keluarganya mencoba melihatnya dari belakang jendela ruang tamu. Al viva dan keluarganya melihat segerombolan orang tak dikenal datang dari depan gang menuju rumah al viva dengan membawa senjata tajam. Al viva merasa ketakutan, dengan spontan ibunya memeluknya, ayah al viva pun memberanikan diri untuk keluar rumah. Ibu al viva pun sudah melarang suaminya untuk keluar karena segerombolan orang itu membawa senjata tajam, tetapi ayah al viva pun nekad untuk keluar rumah.
“diaaaaar….”terdengar  suara tembakan, peluru itu pun mengenai dada ayah al viva, dan seketika ayahnya tersungkur ke tanah dengan berlumuran darah. Di dalam rumah al viva dan ibunya sangat ketakutan, ibu al viva seketika menyuruh al viva besembunyi di bawah meja ruang tamu mereka. “al viva cepat kamu bersembunyi di bawah meja itu!!!!”suruh ibu al viva kepada gadis kecil itu. “ibu aku takut sekali…”ucap al viva kepada ibunya. Al viva pun segera bersembunyi dibawah meja dengan berlinangan air mata melihat secara langsung ayahnya dibunuh oleh orang-orang tak dikenal.  Ibu al viva berlari menuju suaminya yang tertembak oleh orang-orang itu, ia memeluk suaminya yang berlumuran darah, dengan berlinangan air mata. Tiba-tiba dari arah  belakang  muncul seorang laki-laki berbadan tegap membawa pistol di tangan kanannya. Tanpa ragu laki-laki itu pun menembaki ayah dan ibu al viva yang tidak tahu apa-apa. Didalam rumah al viva pun terdiam, berlinangan air mata melihat orang tuanya dibunuh dengan kejamnya. Tapi untungnya keberuntungan saat itu sedang ada pada diri al viva. Orang-orang jahat itu tidak masuk kedalam rumah dan membunuhnya.
Pada malam itu hidup al viva mulai tidak karu-karuan…..
Perputaran waktu membawanya menjadi seorang gadis remaja yang tidak tertata hidupnya. Agar al viva bisa bertahan hidup, dia relakan untuk  menjual tubuhnya ke laki-laki hidung belang. Al viva mulai banyak dikenal orang sebagai pekerja seks, al viva tidak menghiraukan apa kata orang kepadanya.
Hari demi hari pun dilaluinya dengan seorang diri tanpa ada orang terkasih disampingnya, sehingga membawa al viva ke lubang hitam  kehidupan. Sampai saat ini al viva tetap menjadi  pekerja seks komersial. Tapi hanya satu yang bisa menyadarkannya, yaitu Tuhan.




           
           Namaku adalah Mochamat Santoso, aku  lahir di kota Kediri tepatnya pada tanggal 30 Oktober1995. Alamat tempat aku tinggal yaitu di jalan terusan anjasmoro ,desa bujel , kota Kediri. JAWA TIMUR.  Pada tahun 2002 aku lulus dari TK.PERBA dan pada tahun 2008 lulus dari SDN.SUKORAME2. tahun 2011 lulus dari SMPN 8 Kediri dan hingga sekarang ini aku bersekolah di SMAN 5 Kediri\.


        Kegiatan yang paling aku senangi yaitu menyanyi dan menggambar. Dalam hidupku aku mempunyai 1 MOTO yang bagiku moto ini sangat berpengaruh pada kehiduanku, yaitu “HARGAILAH KEHIDUPANMU, MESKIPUN ITU MENYAKITKAN”. Di biografi ini aku akan menceritakan hal menarik di dalam diriku, yaitu aku orangnya tidak pernah diam, aku juga tidak suka berdiam diri dan menyendiri. Itulah aku apa adanya.
           

0 komentar:

Posting Komentar