Oleh Dita Puspitasari
Hari Sabtu yang cerah, tepatnya hari ulang tahun salah seorang sahabat Kaori, yaitu Hijiri. Hari itu Kaori berniat untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Hijiri. Dan, Kaori pun mengucapkan selamat ulang tahun itu melalui via sms.
Berlama-lama Kaori menunggu balasan dari Hijijri untuknya, karena ia tidak sabar akhirnya ia pun menelepon Hijiri. Tuttt tuttt tuttt beberapa kali suara itu terdengan di telinga Kaori, setelah beberapa lama kemudian “Hallo”, terdengar suara lembut dari seorang wanita yang mengangkat telepon itu.
“Bisa bicara dengan Hijiri? Ini saya Kaori”, ucap Kaori
“Oh Kaori. Tunggu sebentar ya“
Ternyata itu adalah suara dari ibunda Hijiri,
“Kaori maaf, Hijirinya tidak mau bicara. Katanya dia malu, hijiri sedang sakit”.
“Oh gitu ya tante, makasih deh. Semoga Hijiri cepat sembuh ya”,
“Iya Kaori, terimakasih”.
Hanya keheningan di ruang tengah rumahnya yang bisa dirasakan Kaori saat mendengar kabar itu. Memang benar Kaori dan Hijiri sudah berteman lama sejak mereka duduk dibangku Sekolah Dasar. Tiba-tiba handphone Kaori pun bergetar tanda sms masuk. Yang Kaori harapkan hanyalah balasan sms dari Hijiri, namun itu adalah sebuah sms dari Midori, yaitu teman baik Kaori. Ka, Azure kecelakaan motor . Kakinya patah, sekarang di rawat di rumah sakit.
Berlama-lama Kaori menunggu balasan dari Hijijri untuknya, karena ia tidak sabar akhirnya ia pun menelepon Hijiri. Tuttt tuttt tuttt beberapa kali suara itu terdengan di telinga Kaori, setelah beberapa lama kemudian “Hallo”, terdengar suara lembut dari seorang wanita yang mengangkat telepon itu.
“Bisa bicara dengan Hijiri? Ini saya Kaori”, ucap Kaori
“Oh Kaori. Tunggu sebentar ya“
Ternyata itu adalah suara dari ibunda Hijiri,
“Kaori maaf, Hijirinya tidak mau bicara. Katanya dia malu, hijiri sedang sakit”.
“Oh gitu ya tante, makasih deh. Semoga Hijiri cepat sembuh ya”,
“Iya Kaori, terimakasih”.
Hanya keheningan di ruang tengah rumahnya yang bisa dirasakan Kaori saat mendengar kabar itu. Memang benar Kaori dan Hijiri sudah berteman lama sejak mereka duduk dibangku Sekolah Dasar. Tiba-tiba handphone Kaori pun bergetar tanda sms masuk. Yang Kaori harapkan hanyalah balasan sms dari Hijiri, namun itu adalah sebuah sms dari Midori, yaitu teman baik Kaori. Ka, Azure kecelakaan motor . Kakinya patah, sekarang di rawat di rumah sakit.
Begitu Kaori membaca sms itu, dia tidak tahu harus berbuat apa. Sungguh tragis apa yang dia alami pada hari itu. Azure adalah sahabat karib Kaori, mungkin Kaori telah menganggap Azure sebagai kakak sendiri, padahal umurnya pun lebih muda Azure. Meskipun hanya berbeda beberapa bulan saja Kaori tetap menganggap Azure adalah kakaknya. Azure selalu menjaga Kaori, entah apa yang dia maksud. Tapi disetiap kondisi apapun Azure selalu memperhatikan Kaori. Sewaktu masih duduk di Sekolah Dasar mereka berdua memang sekelas, ditempat les pun mereka bersama, orang tua mereka pun kenal akrab. Yaa jadi mereka berdua memang seperti saudara saja.
Setelah mendengar kabar itu Kaori langsung memberi tahu ibunya dengan tergesa-gesa. Akhirnya, Kaori membuat rencana dengan teman-temannya untuk menjenguk Azure pada keesokan harinya. Kaori sangat senang karena akan menjenguk salah satu sahabatnya itu. Namun, saat pikirannya kosong Kaori bingung, saat dia telah melihat kondisi Azure apa yang akan dia sampaikan kepada Azure, apakah dia harus memarahi Azure kah agar tidak mengebdarai motor dengan ceroboh? Ataukah ia harus berdiam diri? Itulah yang membuat Kaori bimbang. Entah perasaan apa yang sedang ia rasakan.
Karena hatinya memang lagi ga bisa tenang, Kaori pun mencoba mengirimkan sms kepada Azure yang sangat singkat, Zu,
Dua suku kata yang memberikan harapan kepada Kaori bahwa Azure telah siuman. Namun, sudah lama ia menatap handphone-nya itu tetapi tidak ada satu pesan pun yang masuk. Dengan perasaan tidak begitu yakin dan hanya bisa berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja, Kaori pun pergi untuk tidur.
***
Esok pun tiba, segera Kaori bersiap untuk menjenguk Azure. Dengan semangat sambil bingung berfikir bagaimana keadaan Azure sekarang Kaori bersiap. Lalu Kaori pergi ke tempat yang biasa ia datangi ketika berkumpul dengan teman-teman Sekolah Dasarnya. Taman kompleks yang penuh bunga, dan banyak juga pedangang disana. Tempat yang memang sederhana, namun begitu banyak meninggalkan kesan yang teramat dalam. Tempat dimana semua kebahagiaan dan semua kesedisan dapat berpadu menjadi satu. Akhirnya Kaori sampai di tempat itu. Disana, teman-temannya sudah berkumpul.
“Ka, katanya Azure udah pulang ke rumahnya”, ucap Mio. Begitu Kaori mendengar itu, sungguh kata syukur yang dia bisa ucapkan. Dan dia pun telah bisa mengambil kesimpulan bahwa keadaan Azure sudah membaik. Tanpa banyak bincang-bincang lagi Kaori dan teman-temannya pergi ke rumah Azure.
Rumah sederhana yang harmonis dan terkesan seperti rumah di dongeng-dongeng, dengan halaman yang tidak terlalu luas tapi banyak ditanami pohin dan berbagai macam bunga, itulah yang menjadi seseorang nyaman berada di rumah Azure. Ruangan depan yang luas, berpadu dengan sebuah TV, foto-foto yang menggatung di tembok maupun yang berdiri di meja, dan sebuah kasur yang tergeletak di lantai tempat Azure berbaring dengan kondisi yang menurut Kaori cukup sadis. Di ruangan itu, Kaori dan teman-temannya berkumpul bersama Azure yang masih terbaring lemas. Namun, ada satu sisi yang membuat Kaori terkesan kepada sahabatnya itu, meskipun Azure mengalami kondisi seperti itu tetapi Azure masih bisa tertawa seperti tidak merasakan sakit akan patah tulang yang ia derita. Dia orang yang tegar. Meskipun kaki kiri nya dibalut oleh perban Azure tetap seperti biasa, seperti tidak terjadi apa-apa. Tidak ada keluhan yang ia sampaikan kepada Kaori. Kaori sangat terkesan akan hal itu. Saat pertama kali Kaori datang menghampiri Azure, dengan memaksa Azure langsung memeluk Kaori dengan posisi duduk.
“Gue kangen sama lo Ka”, bisik Azure
“Iyaaa gue tau. Zu, sakit ga sih?” ucap Kaori penasaran, sekaligus mengalihkan pembicaraan,
“Engga tuh, biasa aja. Kan ada kamu, hehehe”
“Ngegombal aja lu, pentingin tuh kondisi lo dulu”
“So pahlawan banget sih pake nasehati gua segala”
“Yaaaaaa, gue mau jadi pahlawan lo selama elo sakit. Hahaha”
“Okelaaaaa gapapa, toh gue ga rugi ko”
“Ihhhhh salah ngomong lagi kan. Yaudah cepet sembuh lu, biar gue bisa pensiun”
“Aminn, udah itu gue aja ya yang jadi pahlawan elo?”
“Hahahahaha kacauu. Yaa boleh deh”
Alangkah terharunya Kaori melihat wajah Azure yang terlihat tanpa beban itu. Kaori berharap, dirinya akan selalu bisa menyenangkan hati Azure.
Setelah beberapa lama berbincang di rumah Azure, Kaori dan teman-temannya pulang. Berat hati Kaori pergi melangkah dari rumah itu. Senyuman dari Azure untuknya adalah sebuah jawaban untuk Kaori bahwa Azure akan bai-baik saja.
Salam pamit teman-temannya kepada ibunda Azure merupakan tanda teman-temannya sudah pergi pulang khususnya Kaori sudah tidak ada disini. “Semoga gue cepet sembuh. Gue pingin ngajak lo ke sebuah tempat untuk ngebales apa yang udah lo lakuin ke gue selama ini, Kaori” bisik Azure dengan nada rendah, anggaplah itu sebuah janjinya kepada Kaori.
***
Kaoriiiiiiiii? Lo dimana? Mana ya pahlawan gue? Sebuah pesan singkat yang diterima Kaori dari Azure pada keesokan harinya. Hanya senyum geli yang terpancar pada muka Kaori saat membaca pesan itu. Apaaaaaaa? Dasar manja, ga usah so jadi anak kecil deh! Balas Kaori untuk pesan singkat yang dikirimkan Azure padanya. Seharian Kaori dan Azure balas-membalas pesan singkat. Dan pada malam hari itu semua ditutup atas permintaan Kaori karena matanya sudah mulai mengantuk. Zuuuu, ngantuk nihhhh. Udah dongggg, gue capeeee nihhhh, cape perut sama cape tangannnn pinta Kaori kepada Azure. Yaudah, kamu istirahat sana besok sekolah kan? Gua mah kaga sihh, hehe. Dadah Kaka mimpi in gua yaaa, hehe. Begitu membaca pesan singkat dari Azure itu, Kaori tersenyum kecil dan tertidur.
Bel istirahat berbunyi, lima pesan singkat masuk di handphone Kaori dan semuanya dari Azure dan isinya pun sama menanyakan tentang keadaan Kaori. Apaaaa sih Zu? Gua baru istirahat. Gua baik-baik aja Zu. Beberapa lama kemudian setelah Kaori mengirimkan pesan itu kepada Azure, Kaori menerima balasan. Ia langsung ternganga begitu membaca pesan dari Azure.
Oh maaf deh, tapi tau ga? Sama dokter kaki gua dibungkus pake pipa dongg! Wah ga pengalaman banget dokternya, emang kaki gue air apa? Itulah balasan dari Azure kepada Kaori, kata-kata konyol Azure yang memang khas pumya Azure membuat Kaori tertawa sendiri. Lo yang bodo itu mah, itu bukan pipa. Itu tuh dipasang ke kaki lo biar tulangnya ga ngegeser-geser lagi Zu. Yang buat air mah bukan pipa tapi paralon. Hahahaha, anak SMA masih kaya gini. Begitu bel masuk berbunyi mereka berdua berhenti berkomunikasi.
Akhinya Kaori tiba di rumah. Dan terkejut mendapat pesan dari Azure Kakaaaa, udah punya seseorang belummm? Apa maksud Azure mengirimkan sebuah pesan seperti itu? Kaori tidak membalas pesan yang dikirimkan Azure kepadanya. Tiba-tiba datang sebuah pesan baru Kakaaa, gue sayang sama lo. Gue mau jadi pacar elo. Lo mau?
Degggg jantung Kaori berdetak keras tanda ia kaget. Ia tak percaya bahwa Azure akan mengirimkan pesan seperti itu. Sesungguhnya Kaori memiliki rasa khusus kepada Azure, ia ingin bersama. Tapi Kaori berfikir, apakah ia sanggup jika berbeda sekolah. Tapi, jika itu memang cinta mereka pasti bisa karena cinta yang membuat semuanya begitu. Akhirnya mereka berdua menjalin hubungan.
***
Dua bulan berlalu, hubungan mereka tidak seperti biasanya. Terasa ada yang mengganjal dibenak Azure tanpa mengerti dan paham apa yang sebenarnya terjadi. Begitu pun Kaori, ia merasakan jenuh. Ia tak tau harus berbuat apa, Kaori tidak tahan kepada sikap Azure yang posesif. Ada niat untuk mengakhiri hubungan itu, namun Kaori tidak tega. Dan ia hanya memilih menunggu Azure saja yang mengakhiri hubungan ini terlebih dahulu.
Sebenarnya mereka berpacaran tanpa ada orang yang tahu, entah mengapa Azure yang meminta itu kepada Kaori saat pertama jadian. Tapi lama kelamaan, teman dekat Kaori yaitu Mio mengetahui hal tersebut. Tapi sayangnya setelah teman-teman Kaori dan Azure mengetahui tentang hubungan spesial yang dimiliki Kaori dan Azure, mereka berdua lost contact. Dan tibalah saatnya, Azure mengakhiri hubungan tersebut dengan alasan dia lebih nyaman menjadi sahabat Kaori. Ya memang Kaori menunggu akan hal itu. Tapi, mengapa saat Kaori bisa memahami dan lebih menyayangi Azure, Azure malah pergi? Dan akhirnya mereka berdua berstatus seperti dulu lagi.
Setelah kejadian itu mereka berdua tidak saling berkomunikasi, malah sepertinya Azure membenci Kaori. Sampai saatnya Kaori mengirimkan pesan singkat kepada Azure, Zuuu, kamu kenapa sihh? Gue pingin kaya dulu lagi, apa salah gue? Namun pesan itu tidak dibalas oleh Azure.
***
Sudah setahun lamanya mereka seperti itu, seperti orang yang belum saling kenal. Karena Kaori tidak tahan akan kondisi itu akhirnya dia pergi ke rumah Azure untuk memiinta penjelasan kepadanya. Namun ketika Kaori tiba di depan rumah Azure yang dia lihat hanyalah rumah bertingkat dua dengan nuansa sepi, bercat ungu muda, dan sepertinya baru saja dibangun. Karena Kaori sudah negative thinking duluan akhirnya ia menanyakan kepenasaranannya itu kepada warga yang ada disekitar kompleks rumah itu. Syukurnya Kaori bertemu dengan teman SDnya yaitu Yuki. Setelah lama berbincang dengan Yuki akhirnya Kaori bertanya.
“Yu, rumah Azure ko gini sih?” Tanya Kaori.
“Oh itu, soalnya Azure pindah rumah. Tapi gue kurang tau dia pindah kemana Ka”
“Gitu yaaa, ko dia ga bilang-bilang ke gue sih?”
“Yaaa itu mah gue juga gatau Ka, kenapa sih? Ko lo pengen banget ketemu sama dia? Padahal waktu SD kalian paling jago kalo berantem”
“Ahhh, itu ma gampang tar aja kalo gue udah damai sama dia, yauda deh makasih infonya. Dadahhhh”, sambil berlari Kaori berkata seperti itu.
“Ihhh tu anak ga rubah-rubah”, kata Yuki dengan ketus.
***
Setelah apa yang Kaori ketahui, dia semakin bingung dengan kedaan yang sekarang. Lagi bingung-bingungnya Kaori dengan keadaan, ibunya meminta Kaori menemani pergi ke sebuah supermarket.
Sesampainya disana, Kaori terkejut dengan perkataan ibunya,
“Kaka, itu temen mu yang tadi barusan lewat. Kalo ibu ga lupa namanya Azure kan?”
“Manaaaa?”, sambil melihat kearah kiri dan kanan, dan di arah kanan memang benar ada Azure sedang memilih-milih makanan. Namun saat Kaori ingin mengejarnya, Azure malah pergi menjauh. Tanpa basa basi lagi Kaori langsung mengejar Azure, ya pastinya bilang dulu ke ibunya.
“Azureeeeeeeee!“, teriakan Kaori tanpa rasa malu itu membuat laki-laki yang dia maksud mengalihkan perhatiannya kepada Kaori. Namun saat Azure tau yang memanggil adalah Kaori dengan suara streo khas Kaori, Azure langsung pergi. Hal itu membuat Kaori makin bertanya-tanya ada apa sebenarnya, namun Kaori tidak mengejar Azure lagi, dia lebih memilih mencari ibunya.
***
Sesampainya di rumah, Kaori masih terpikir hal tersebut. Namun, sungguh dia sangat bahagia bisa melihat Azure secara langsung. Banyak perubahan yang terjadi kepada Azure, dia lebih tinggi dan pipinya sedikit berisi, dan tetap saja kakinya masih dibalut dengan perban atau semacamnya yang berwarna coklat. Dengan atasan jaket warna abu-abu yang lumayan kebesaran, dan bawahan blue jeans pendek. Dengan penampilan seperti itu Azure sangat terlihat dewasa. Tapi, Kaori bingung. Kenapa kaki Azure masih dibalut perban? Padahal kecelakaan itu udah lebih dari setaun yang lalu.
Malam harinya Kaori memerima pesan singkat dari Mio yang mengatakan bahwa Azure mengalami cedera yang cukup fatal karena terkilir saat bermain basket pada luka bekas kecelakaan yang dia alami pada setahun yang lalu dan Azure dirawat di rumah sakit. Mendengar berita itu, Kaori jadi bingung sebenarnya apa yang sedang Azure lakukan tadi siang? Kaori hanya berharap semuanya akan baik-baik saja seperti dulu.
Tak lama kemudian datang pesan singkat yang lainnya, tapi dari nomor yang tidak dikenal. Ini Kaori? Kaka ini mamahnya Azure, bisa tidak Kaka meluangkan sedikit waktu untuk menjenguk Azure besok? Tante tunggu kehadirannya. Terimakasih. Kaori semakin bingung dengan keadaan ini. Dan lagi-lagi dia hanya bisa berharap semua akan baik-baik saja seperti hari kemarin.
***
Keesokan harinya Kaori datang ke rumah sakit tempat Azure diopname bersama Hijiri. Kaori sengaja mengajak Hijiri supanya dia bisa nebeng di motornya Hijiri. Sesampainya di depan kamar tempat Azure diopname, kedatangan mereka berdua disambut baik oleh kedua orang tua Azure, namun sepertinya kondisi ibunda Azure tidak begitu baik. Pertama kali Kaori melihat ibunda Azure menangis. Setelah bersalaman mereka berdua diminta masuk ke dalam kamar inap Azure. Dan apa yang Kaori lihat? Azure yang diinfus, dan kakinya memakai penyangga. Sepertinya lukanya memang fatal, karena saat Kaori mandekati Azure, dia melihat pipi Azure yang basah, seperti bekas menangis. Kaori semakin tidak tega melihat kondisi temannya itu. Ketika itu Azure memang sadar, dan dia sedang berbicang dengan Hijiri dengan intonasi terpatah-patah. Beberapa detik kemudian, semua sunyi, hanya terdengar detikan jarum jam dinding. Lalu, Kaori berusaha untuk meramaikan suasana, dia mencoba berkomunikasi kepada Azure.
Perlahan Kaori di kursi samping kasur tempat Azure berbaring. “Lo jangan marah ke gue lagi, gue benci kaya gini terus Zu. Kalo lo udah sembuh, apapun yang lo minta ke gue bakal gue turutin. Tapi lo janji, lo harus sembuh, bener deh gue ga akan nyusahin lo. Gue bakal beliin lo lapangan basket yang empuk, biar kalo lo jatuh lo ga akan sampe kaya gini lagi”, ungkap Kaori secara terbata-bata kepada Azure, dan Hijiri yang melihat itu semua hanya bisa menundukan kepala.
“Maaf”. Krikk krikk krikk, Hanya satu kata yang Azure sampaikan kepada Kaori setelah Kaori berbicara panjang lebar. Yaaa, ga apa-apa sih menurut Kaori, toh dari waktu itu juga Azure emang udah jutek. Karena itu Kaori keluar dari ruangan. Saat Kaori sudah pasti jauh dari ruangan Azure kembali berbincang lagi dengan Hijiri, namun tampaknya mereka sangat serius. Tapi, ga serius juga sih buktinya Hijiri masih ketawa geje saat berbincang dengan Azure.
Beberapa lama kemudian Kaori kembali lagi ke ruangan, bukan untuk berbincang dengan Azure melainkan mengajak Hijiri untuk pulang. Akhinya mereka pamit, saat mereka berada di pintu Azure berteriak dengan kesan memaksa “Ji inget kata-kata gue ya!”. Mereka pun pulang. Namun saat di tempat parkir motor, handphone Kaori berbunyi tanda ada telepon masuk. Diangkat lah telepon itu, dan terdengar suara wanita “Kaka, cepat kembali lagi ke rumah sakit, kondisi Azure menurun drastis, dia tak sadarkan diri ”, “Iya tante, Kaka akan kesana lagi”. Dengan gegabah Kaori langsung berlari tanpa meperdulikan Hijiri yang mengejar Kaori.
Sesampainya disana, Kaori sangat bersyukur karena Azure masih bisa sadar kembali. Tanpa berfikir panjang, Kaori langsung menghampiri Azure, dan yang Kaori lihat hanyalah senyuman Azure yang sangat Kaori rindukan. Setelah itu, Azure menutup matanya. Dengan spontan Kaori berteriak, hingga semua orang yang ada di luar termasuk dokter masuk ke dalam kamar inap. Dokter langsung memeriksa kondisi Azure, dan ternyata Azure sudah tiada. Air mata Kaori tumpah, dan menetes di tangan kanan Azure. Hijiri yang baru datang seakan-akan dia tahu bahwa hal ini pasti terjadi, tiba-tiba memeluk Kaori yang sedang menangis. “Tenang Kaka, lo harus kuat. Masih ada gue disini, gue akan ngejaga lo. Hidup lo masih panjang, Azure pasti akan ada selalu di hati lo. Buat dia bangga sama senyuman lo. Dia udah janji ke gue, meskipun dia udah ga ada pasti dia akan selalu ngejaga lo. Jangan khawatir, jangan nangis. Azure benci kalo lo ngelakuin hal itu. Maafin semua apa yang udah Azure lakuin ke elo, dia udah nyesel. Dia pengen banget bisa ngebahagiain elo, tapi bukan ini yang dia maksud. Ini semua bukan kita yang mau, tapi udah kehendak yang Diatas”. Saat itu, pelukan yang Kaori rasakan sama dengan pelukan dari Azure, tanpa sadar Kaori menatap wajah orang yang memeluknya itu dan dugaan Kaori benar, senyum Azure yang dia lihat. Namun semua itu hilang ketika Kaori mulai sadar yang memeluknya itu Hijiri. Tapi disisi lain Kaori tetap percaya, bahwa yang memeluknya pertamakali adalah Azure.
Sehari setelah kejadian itu, Hijiri berkunjung ke rumah Kaori.
“Ka, sebenernya, apa yang gue ucapin waktu kemarin adalah perkataan Azure buat lo, dia ga sanggup ngucapin itu ke elo. Karena dia ga mau nangis di depan lo” ucap Hijiri.
“Ga apa-apa nangis juga, depan gue ini ko”
“Bukan masalah itunya Ka, beliau takut kalo lo ikutan nangis juga. Itu semua beliau pesanin ke gue pas di rumah sakit”
“Tapi perasaan, menurut pendengaran gue ya, kalian berdua ngobrol sambil ketawa?”
“Yaaaa, itu tuh ketawa waktu gue meragaiin apa yang Azure pesenin, yaitu apa yang gue ucapin ke elo kemarin”
“Ohhhh”, dengan senyuman tipis yang Kaori buat pada bibirnya. “Yaudah, mulai sekarang lo jangan sedih lagi, ada Azure dan gue yang akan nemenin lo. Oh ya satu lagi, besok lo harus ikut gue ke Bogor, waktu beliau masih ada, Azure minta gue bawa lo kesana. Disana kita datangin rumah Azure, yang katanya sejuk itu. Tenang aja, nyokapnya Azure udah stand by disana ko”.
“Okaaaay, gue janji bakal nurutin apa yang Azure minta”, jawab Kaori
TAMAT
PROFIL PENULIS
Nama : Dita Puspitasari
Sekolah : SMPN 12 Bandung
TTL : Bandung, 30 Januari 1997
Email : dita.puspitasari_12@yahoo.com
Alamat : Sarijadi blok 13 no 13 Kec. Sukasari Bandung 40151
Nama : Dita Puspitasari
Sekolah : SMPN 12 Bandung
TTL : Bandung, 30 Januari 1997
Email : dita.puspitasari_12@yahoo.com
Alamat : Sarijadi blok 13 no 13 Kec. Sukasari Bandung 40151
0 komentar:
Posting Komentar