Welcome to JBlogz-smala

Selamat di JBlogz-smala., silahkan main-main sepuasnya.., ya.. jika ada kritik dan saran silahkan di coment or tulis aja di kotak SMS...

Para Admin JBlog'z

Hi.., salam kenal.... ^_^

Logo SMA Negeri 5 Kediri

Logo SMA Negeri 5 Kediri tercinta.....

Lambang baru

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

majalah EKSPRESI EDISI KE-7

Ini nih.., contoh cover dari majalah Ekspresi....

Senin, 28 Mei 2012

Surat Kecil Untuk Sahabat

Hei teman.,
bagaimana kabarmu sekarang..?
Ketika pena ini menulis
bersama anganku yang kian terbeban dalam hati
ingin ku ungkapkan sepucuk rangkaian kata untukmu teman..,
berharap kau takkan pernah berburuk hati padaku..
Teman..,
maafkan diriku..,
dikala kau tersakiti aku tak dapat membantumu..,
disaat kau butuhkan.., aku tak selalu ada di sampingmu
disaat kau tertawa.., aku hanya dapat melihat..
tapi pernahkah kau berfikir teman..?
bagaimana isi hati ini..?
hanya ada 4 tempa di hatiku...,
mau taukah engkau..?
1. tuhan..,
tuhanyang telah memberiku berbagai rahmat yang tak terhingga
2. orang tuaku..,
seseorang yang telah mengasuh dan menjadi seorang arsitek dalam hidupku..,
3. istriku..,
yang sok akan setia menemaniku..
dan yang ke-4 adalah kau teman..,
seseorang yang selalu mengangkatku dilaka ku terpuruk..,
jatuh dan tak berbekas., ku sadari.., kau bukanlah seserang yang selamanya bersamaku..,
tapi ku kan selalu mengingat jasamu di hatiku.., sebagai seseorang yang berari dalam jiwa ini..,

Minggu, 27 Mei 2012

Dear Kamu...

Karya : Scrania Hevy S.
   Malam yang tak kan terlupakan. Melekat kuat di memory otakku. Saat semua kuketahui. Disaat  kita saling bertatapan tajam kau berkata, kau masih dengannya. Kekasih mu dulu. Aku terdiam, ku tak dapat bermain kata-kata lagi.

  Kini hanya air mataku yang dapat berirama dengan apa yang aku rasa. Saat mulut tak lagi mampu menjelaskan apa yang telah mebuat perasaanku terluka. hanya daoat berteriak keras dalam hati.

   Terimakasih pernah menjadi warna indah dalam kanvas kecil. yang sebentar lagi akan kubuang jauh-jauh. Cukup aku takkan berlarut dalam kesedihanku. Meski, aku tak mempu tuk hentikan tangisku.

   Aku tak mau mendengar, siapa pilihanmu. Jangan pernah memilih, aku bukan pilihan. Cobalah mengerti aku lebih dalam, karna hatiku menangis.

   Memang, aku cukup dewasa untuk memaafkan luka yang telah kamu buat. Tapi, aku tidak bodoh untuk menerima Cintamu lagi!  

Jumat, 25 Mei 2012

Upin In Wonderland

Karya : Gouvinda F.

               Cerita ini berawal dari sebuah tempat yang berada di sebuah perkampungan kecil yang terletak di pinngiran kota metropolitan, Hiruk pikuk kendaraan menghiasi jalanan kota metropolitan, seperti biasa sepulang sekolah, Upin selalu tidak pernah absen dalam bermain bersama temannya, Dengan baju bergambar “POWER RANGERS” dan celana pendeknya, dia berangkat menuju tempat tujuan bermainnya yaitu Kebun pisang yang terletak dibelakang rumah tetangganya, dia berlari sangat cepat sekali seperti busur anak panah, tak lama kemudian dia sampai di tempat tujuannya yaitu “KEBUN PISANG” dia menghampiri teman – temannya yang sudah menunggu nya dari tadi
            “Do kapan mulai main petak umpetnya ? Tanya upin kepada salah satu temannya yang bernama aldo.
            “Bentar lagi pin, ada 2 temen kita yang belum dating yaitu si temon sama si abdel. Jawab si Aldo
            “Oh, gitu, Ya udah aku tentukan dulu tempat untuk main petak umpetnya, Jawab Upin.
Tak berapa lama kemudian Si temon dan si abdel datang, akhirnya permainan petak umpet pun dimulai. Permainan berlangsung sangat seru sekali hingga sore menjelang, Terdengar suara adzan magrib pertanda bahwa umat beragama islam akan melaksanakan ibadah sholat magrib, permainan yang seru itupun akhirnya selesai juga.
            “Arggghhhh, kenapa sih kok saat seru – seru begini akan berakhir. Huft kesal – kesal ” kata upin dengan hati yang sangat kesal
            “Ah, gitu aja koq marah – marah kayak gag pernah main petak umpet aja pin” Sahut Aldo
            “Aku kan merasa senang do, karena hari ini mainnya bisa lama sekali, nggak seperti biasanya belum selesai main eh koq ada yang udah di panggil sama mami nya” jawab upin.
            “ Oh gitu pin, Aldo menjawab
            “ Iya Do, Upin menjawab
            “Gimana kalo setelah belajar kita terusin main petak umpetnya pin” usul Aldo
            “Setuju banget do, aku sangat suka sekali dengan usul mu itu, Jawab upin dengan hati yang riang gembira
            “Oke, tapi kita harus berunding sejenak agar permainan petak umpet kita berjalan dengan sukses” Usul Aldo.
Akhirnya mereka berunding sejenak agar permainan petak umpet berjalan lancar, Beberapa waktu kemudian akhirnya rundingan itu pun di setujui. Kemudian mereka pun pulang kerumah masing – masing utuk melakukan ibadah dan belajar,ketika sudah selesai belajar,upin pun meminta ijin kepada orang tuanya untuk bermain petak umpet.
            “Bu saya minta ijin untuk bermain bersama teman teman” kata upin
            “Mau kemana pin…..??? Tanya ibu
            “Mau bermain petak umpet bersama teman teman saya bu” jawab upin      
            “Malam – malam begini kog main petak umpet……? Tanya ibu
            “Iya bu, soal nya tadi siang main petak umpetnya belum puas” jawab Upin
            “Oh gitu ya nak…, ya udah kalo udah selesai segera pulang ya nak” kata ibu sambil berpesan kepada upin.
            “iya bu, upin akan pulang pada tepat waktu” jawab upin dengan santai
Akhirnya upin pun berpamitan kepada ibunya dan bergegas menuju tempat tujuannya yaitu Kebun pisang.Sesampainya di kebun pisang, upin pun segera menghampiri teman teman nya.
            “gimana teman – teman dengan main petak umpet nya….. ??? Tanya upin kepada teman – teman nya.
            “oke siap” jawab teman – temanya secara serentak
Akhirnya permainan pun dimulai, semua bermain dengan riang gembira seakan besok adalah liburan sekolah.jam sudah menunjukan pukul 9 malam.
            “ huft jam sekarang berapa ya…..??? Tanya Aldo kepada upin.
            “ Jam 9 malam do kenapa….??? Jawab Upin
            “Aku mau pulang pin” jawab Aldo
            “Lho kok terburu – buru pulang…..??? Tanya upin
            “Aku takut soal nya hawa di kebun ini sudah berbeda dari yang tadi pin” jawab aldo
            “Berbeda bagaimana do…???” Tanya upin
            “Berbeda seperti aku merasakan adanya dimensi lain di tempat ini” jawab Aldo yang sudah merasakan ketegangan.
            “Ah, kamu laki – laki kok penakut sih….???,ya udah kalau mau pulang,tapi kalau begitu permainan nya di bubar kan saja dilanjutkan besok selesai pulang sekolah Do :”. Usul upin.
            “Okelah kalau begitu,aku akan memberitahu teman – teman yang lainnya” jawab aldo.
            “Siph do , Tapi aku mau pipis dulu ya, jangan tinggalin aku “ kata Upin”
Upin pun menuju ke belakang pohon pisang,setelah beberapa menit saat akan kembali,Upin melihat Cahaya yang sangat mencolok berwana pink. Upin pun menjadi penasaran untuk mendatangi cahaya tersebut. Dipegangnya cahaya tersebut dan zaaaaarrrrrrppppp, upin pun tersedot dan masuk kedalam cahaya tersebut.Sementara itu teman teman Upin menunggu terlalu lama di situ menjadi cemas dan akhirnya mencari dimana letak keberadaan upin, setelah cukup lama mencari teman – teman upin pun melaporkannya ke orang tua upi bahwa upin telah menghilang.
            “Assalamualaikum” kata Aldo sambil mengetuk pintu rumah upin
            “Wallaikumsallam, nak Aldo ada apa ?” jawab ibu Upin sambil membukakan pintu rumah.
            “Ada kabar buruk bu” Jawab Aldo.
            “Kabar buruk apa nak” Tanya ibu upin dengan penuh keingintahuan.
            “Upin hilang saat pipis di kebun pisang bu” jawab Aldo.
            “Apa hilang ?, kenapa kok bisa sampai hilang ?” Tanya ibu upin kepada aldo
            “Kami semua tidak tahu kalau upin bisa menghilang dengan sekejap itu, dan kami semua sudah mencarinya hingga ke segala arah tetapi hasilnya nihil” jawab aldo dengan penuh penjelasan.
            “Lalu sekarang bagaimana keadan anakku ya…???, Tanya ibu upin
            “Sebaiknya kita ke rumah pak ustad bu, mungkin pak uztad bisa mengetahui keberadaan upin” usul Aldo
            “Yaudah ibu akan berangkat kesana kalian pulang saja nanti dicari orangtua kalian, terima kasih ya atas informasinya anak anak” jawab ibu upin.
            “iya bu, sama – sama” jawab semua teman teman upin.
Akhirnya ibu upin dan suaminya pergi ke rumah terdekat di sekitar kampungnya,sementara itu Upin yang telah tiba di suatu tempat yang suasana sangat berbeda dengan kampungnya merasa heran.  Dilihat beberapa batang Pohon yang berdiri tegak dengan daun yang sangat rimbun sehingga terasa udara yang segar saat berada di tempat tersebut,tiba – tiba dating sesosok makhluk yang berupa kucng kesatria yang dapat berbicara,dia bertanya kepada Upin. Upin pun sangat penuh keheranan melihat kucing aneh itu dapat berbicara.
            “Hei, siapa kamu ?” Tanya upin kepada kucing itu.
            “Perkenalkan namaku Alex si kucing ksatria selamat datang di Negeri wonderland kalau boleh tahu nama kamu siapa ?” jawab Kucing itu. Lalu ganti bertanya nama kepada upin
            “Namaku Upin, Oh jadi tempat ini wonderland ya. Sperti yang ada di cerita negeri dongeng saja” jawab Upin.
            “Kenapa kamu bisa sampai ketempat ini,apakah kamu mungkin ksatria yang terpilih dari negeri nyata. ? Tanya kucing itu kepada. Upin
            “Aku kesini tersesat bukan untuk menjadi ksatria terpilih” jawab upin.
            “tetapi aku kemarin merasakan feelling bahwa akan ada ksatria yang datang dari negeri nyata yang akan menyelamatkan negri wonderland dari ancaman ratu jahat.
            “Oh begitu ya” jawab upin yang tidak tahu akar dari masalah.
Lalu dari belakang rumput tiba – tiba keluar beberapa prajurit yang akan menangkap kucing tersebut. Dengan sergap kucing itu mengeluarkan beberapa jurus pedang ala ksatria, Cring cring dan Voila prajurit itu pun berhasil di ringkus oleh si kucing. Dengan penuh keheranan Upin menjadi ingin mempelajari jurus pedang tersebut.
            “Waawww Fantastis aku ingin mempelajarinya” usul upin
            “Hmmm oke aku sudah mempersiapkan baju ksatria yang dilengkapi dengan senjata canggih pakailah” kata si kucing sambil memberikan baju tersebut.
Setelah memakai baju tersebut tubuh upin terasa seperti memiliki suatu kekuatan yang besar.dan akhirnya upin pun diajak sikucing untuk melawan ratu jahat demi meyelamatkan negeri wonderland. Pejalanan pun dimulai karena istana tempat ratu jahat tinggal letak nya sangat jauh sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama sekitar seminggu. Setelah seminggu melakukan perjalanan akhirnya tiba juga di istana tersebut yang berdiri dengan sangat megah masuklah upin dan kucing itu kedalam istana dan terjadilah pertarungan yang sangat sengit, selang beberapa waktu semua prajurit dari ratu jahat dapat dikalahkan dan akhirnya munculah ratu jahat tersebut, terjadilah suatu pertarungan yang sangat sengit saling beradu keahlian dengan sekaut tenaga upin mengeluarkan tenga terbesarnya dan Blaammmmmm,Duaaaaarrrrr akhirnya ratu jahat itu dapat dikalahkan dan kemudian mereka berusaha kabur dari istana yang runtuh tersebut.Setelah dapat mengalahkan ratu jahat Upin pun diberi penghargaan dari rakyat wonderland akhirnya ia dikembalikan ke alam nyata oleh si kucing tersebut degan portal buatan nya dan Tuingggg dalm sekejap upin pun kembali lagi.
Disaat yang tepat semua orang kampong mencarinya di tempat tersebut akhirnya salah satu warga menemukan nya dia berada disamping pohon pisang tertua dan kemudian mencritakan kejadian yang dialaminya.

SELESAI  
                      
            









BIOGRAFI PENULIS

Dia bernama gouvinda fachril rizmananta, lahir di kediri tanggal 7 januari sering dipanggil dengan nama upin yang mempunyai hobi bermain game, nonton TV dan FB an sekarang dia sedang mengeyam penddidikan tingkat SMA motto hidupnya adalah “Hidup jangan dibuat susah, yang penting enjoy broo…..

Kamis, 24 Mei 2012

5 Membawa Arti

Karya : Devi Eka           
             Dini adalah anak seorang pemulung yang tinggal di lingkungan kumuh. Kini dia berusia 6 tahun sejak September 2007 yang lalu. Dini sehari-harinya ikut membantu ibunya mengumpulkan uang dengan cara mengamen di lampu merah. Dia tidak mempunyai keahlian khusus karena dia masih sangat kecil untuk mencari uang. Ia memulai membantu ibunya sejak berumur 5 tahun karena dulu ayahnya meninggalkan dia & ibunya. Ibunya berpenghasilan sangat minim, kuarang untuk makan sehari – hari. Dia dan ibunya tidak patah arang untuk mencari uang, tinggal di kota metropolitan seperti Jakarta,sangatlah sulit untuk mendapatkan uang 10.000 perak. Dini tidak sekolah kanak – kanak karena tidak mempunyai biaya cukup.
            Pada waktu siang hari saat matahari berada di tengah-tengah pas diatas kepala, tiba – tiba ada seorang kakek yang menggunakan sebuah tongkat menuju ke arahnya, yang pada saat itu Dini sedang duduk-duduk di pinggir trotoar, dia bercucuran keringat dan raut wajahnya pucat pasi karena dia sangat haus dan kecapekan.
“Eh… sini cah ayu”. Kakek tua itu segera menghampirinya, ia melangkahkan kaki dengan langkah yang berat dan ia terlihat gugup. Kemudian kakek itu menawari uang kepada Dini, Tetapi kata kakek itu uangnya Cuma sedikit, asalkan Dini mau menyanyikan lagu jawa.
“Lagu apa kek.” Dini sangat penasaran dan dia yakin bias menyanyikannya. Kakek tua itu segera menjawab bahwa Dini harus menyanyikan lagu Lir-Ilir
            Lir ilir, Lir ilir
            Tandure wes sumilir
            Tak ijo royo – royo
            Tak sengoh temanten anyar
Cah angon – cah angon
Penekno blimbing kuwi lunyu – lunyu
Penekno kanggo basuh
Dodo tiro,
Kanggo basuh dodo tiro
Kanggo basuh mengko soro
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar rembulane
Mumpung jembar karanganne
Yo..sorako sorak yo
            Dini menyanyikan lagu jawa yang itu dengan sangat fasih, karena ibunya dari jawa timur. Dia menyanyi diringi sebuah tamborin yang suaranya sangat lantang, walaupun tamborin itu warnanya sudah kusam dan tidak layak di pakai. Kakek itu sangat senang dan gembira.
            “Dini ..ohh…Dini suaramu sangat merdu sekali”kakek itu tersenyum tipis .kemudian kakek itu merogoh kantung celananya. Ia mengeluarkan uang 5 rupiah.
            Dini sangat penasaran sekali.
            “Ini bukan koin sembarangan cah ayu ini Cuma ada 2 koin di Indonesia. Dulu banyak sekali koin    
ini tapi ada yang berbeda ndok”.
Ia terus memandangi koin yang ada di tangannya itu tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun.
“ini koin 5 rupiah ndok”.ini gambar burungnya itu kebanyakan menghadap ke kiri, tapi pada koin ini hadapnya kanan.
Kata kakek itu koin ini akan bermanfaat & berguna bagi kamu. Ketika kakek itu mengungkapkan wejangan – wejangannya dia hanya terdiam.
Si kakek tua itu kemudian meninggalkan di tengah – tengah ramainya jalan  raya yang sangat bising & sangat panas, ia terus menatapi kakek tua itu yang lama – lama telah jauh menggalkan dirinya.ia tertegun pada waktu kakek itu hilang entah kemana, tenggelam pada kendaraan yang lalu lalang.
Dini terus berjalan dan akhirnya dia tiba di sebuah rumah kardus yang ada di lingkungan kumuh dan orang – orang yang mata pencahariannya hanya mencari kardus, botol – botol, del yang sudah tidak terpakai.
“Assalamualaikum…bu…ibu”. Kemudian ibunya menjawab
“Waalaikumsalam…udah pulang??

Kemudian Dini mengeluarkan uang hasil jerih payahnya dari pagi hingga sore hari. Ia dan ibunya segera menghitung , ada koin 500 rupiah sebanyak 10 dan seratusannya 15 dan koin 200nya 20. Ibunya sangat kaget ketika dia menemukan uang Rp5, itu di tengah tengah koin yang lain.
“Ini koin siapa Din???Punya kamu???
Ia menceritakan kepada ibunya bahwa dia di beri koin ini oleh kakek tua yang asing. Ia tak pernah melihat wajah kakek tua & sekalipun dia mengenalnya
“Ini koin 5 rupiah Din, ini pada zaman ibu masih kecil ini bias untuk beli apa – apa Din, “ Ibunya mencoba meyakinkan Dini dari mata ibunya, wanita itu berkata yang sejujur – jujurnya.
Ibu Dini kemudian menyuruh ntuk menyimpan koin itu di bawah bantalnya karena dia tidak mempunyai almari / tempat khusus lainnya.
Hari berlalu dengan cepatnya, dan jam di rumahnya berjalah dengan sangat cepat sekali seolah-olah jam itu sangat kecapek’an dan tidak mau berhenti untuk beristirahat sejenak. Satu bulan sudah berlalu, Dini dan Ibunya melakukan rutinitas sehari-hari yaitu mengamen seperti biasanya. Pada waktu matahari hamper menuju tempat singgahnya dan akan menyembunyikan sinarnya, tiba-tiba dia berhenti disebuah warung. Ia berfikir ketika dia melihat satu acara di televisi swasta. Dini langsung bertanya kepada pemilik warung tersebut.
“Ohhh… itu tadi ada kolektor yang mau cari uang, tapi berbentuk koin neng”. Dini bertanya ke pemilik warung tentang alamat si kolektor tadi. Ibu pemilik warung tidak tahu alamat pastinya tapi kelihatannya di Jalan Cendana. Ibu itu kurang yakin akan perkataanya tersebut. Pemilik warung tersebut mengatakan ke Dini bahwa kolektor tadi akan membeli dengan harga berapa saja.
Keesokan harinya, Dini berangkat pagi-pagi sekali untuk bersiap-siap mencari alamat si kolektor tadi, sebelum jalanan macet dipenuhi kendaraan bermotor.
“Din mau kemana?”. Ibu Dini mencoba untuk menanyai Dini sebelum Dini pergi.
“ Ini bu… Dini mau mencari alamat kolektor”.
“Kolektor?” Ibu Dini sangat kaget.
“Iya bu, kemarin saya melihat ada kolektor yang mau mencari uang koin kayak milikku bu..”.
Ibu Dini tidak bias mengantarkan Dini, karena Ibunya harus mencari uang. Dini sangat pengertian ke ibunya, dan dia tidak apa-apa walaupun tidak di antarkan oleh ibunya untuk mencari alamat si kolektor tadi.
“Hati-hati di jalan ya.. owhh iya Din, kamu punya uang tidak untuk naik angkot?”
“Punya bu.. tapi cuma Rp 10.000, 00
Kemudian ibunya member uang tambahan sebesar Rp 5.000,00. Ibu Dini menasehati Dini kalau tidak tahu jalannya kamu tanya saja kepada orang-orang, jangan malu kalau bertanya ke orang.
‘Iya…iya bu…” celoteh anak kecil yang kalau di beri tahu biasanya suka begitu.
Dini mencari alamat si kolektor tadi ternyata tidak sesuai dengan harapannya tadi, berjam-jam Dini mencari alamat kolektor. Ia naik turun angkot ± 5 kali dan ia tidak menyerah, ia bertanya kepada banyak orang.
Pada akhirnya ia tiba di rumah yang sangat besar & sangat…sangat… mewah itu. Dia segera memencet bel di rumah itu. Muncul sesosok laki-laki bertubuh kekar & tinggi, kumisnya sangat tebal. Ihhh…pokoknya memngerikan sekali. Dini kelihatannya sangat takut.
“ Cari siapa dek”. Dengan nada suara yang berat dan lantang.
“Iiiini pak, saya mau mencari orang yang mau membeli koin ini pak”. Seluruh tubuh Dini bergetar dan sampai-sampai Dini ingin pergi saja.
Kolektor tadi langsung mempersilahkan Dini untuk masuk ke rumahnya. Kolektor dan Dini menuju ke sebuah ruangan yang di dalamnya banyak tersimpan uang kertas ataupun uang koin yang ada di pigora besar.
Dini sangat kagum pada ruangan ini, Dini melihat satu persatu pigora yang disediakan di dinding-dinding tembok yang sudah disediakannya. Walapun sebenarnya dia tidak bias membaca lancar,  kemudian  dia memperkenalkan dirinya.
“Nama saya Dini pak…”
“Ohh..iya dek…”. Dini dan kolektor itu kemudian berbincang-bincang, ternyata kolektor itu sangat baik.
“ Mana koinnya Din??”
Dini segera menyerahkan koin itu kepada kolektor tadi. Ternyata benar sekali itu koin yang diinginkan oleh kolektor itu. Kolektur terus memandangi koin itu, bahkan berulang-ulang kali dia mengolak-alik koin itu.
“Saya tawar Rp 100.000.000,00 gimana dek?”
Wowwwww… itu harga yang sangat fantastis sekali bagi golongan menegah ke bawah seperti Dini dan Ibunya.
Ia hanya bengong saja karena dia tidak menyangka kalau koinnya itu menghasilkan uang yang sangat banyak sekali.
“Din… gimana, kok malah ngelamun”.
“Pak…ini saya tidak sedang bermimpi kan??”
“Iya din.. bapak ini sungguh-sungguh tidak bercanda kamu
mau tidak ???. kolektor berusaha untuk menyakinkan dan ia berharap bahwa dini  mau menyerahkan koinnya itu. “Iya pak saya mau”
Kolektor dan Dini lalu berjabat tangan, kolektor itu lalu menulis cek sebesar Rp. 100.000.000.00,- lalu dia menyerahkan cek uang yang sangat besar itu kepada Dini. Dia membayangkan uang sebanyak itu mau dibuat apa??? Di dalam benaknya ia mau ???
Prioritas I        = Bisa sekolah disekolahan elit
Prioritas II       = Membuat rumah yang mewah
Prioritas III     = Membuka usaha untuk ibunya.
Dia terus membayangkan bisa meraih itu semua, sejenak ia membubarkan semua prioritas dalam benaknya itu. Sekarang ia sedang membayangkan bahwa dia menjadi seseorang yang mempunyai banyak uang, mempunyai apa-apa yang dia inginkan, dan dia dihormati oleh banyak orang. Dulunya dia hanya dihina orang – orang yang melihatnya dengan sebelah mata sebagai anak pemulung. Seketika itu ia bersujud syukur didepan kolektor itu. Nasibnya sekarang berubah sangat drastis sekali. Allah memberika rizki yang tidak terduga bahkan dengan petikan jari, nasib Dini sekarang sudah berubah. Dini berpamitan kepada kolektor itu, ia mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
“saya juga begitu Din saya juga mau berterima kasih sama kamu, pergunakan uang ini dengan baik-baik, hati – hati dijalan ya. . .
Dini sangat senang, gembira dan hatinya sekarang sangat berbunga-bunga, dia mendapatakan “ REJEKI NOMPLOK“, dia tidak menghiraukan keadaan di jalan raya itu sangat ramai, berlari….. berlari dan terus berlari dan sesekali dia melompat untuk menunjukan begitu senang dia. Di hati kecilnya dia tidak akan membiarkan cek itu terlepas dari tangannya, dia pegang cek itu dengan erat-erat.
Tiba-tiba di persimpangan jalan ada mobilyang melaju dengan begitu kencangnya, Dini tidak memperhatikan mobil itu..
“ Aaauuuchh “ . Teriakan yang sangat keras sekali, ia kesakitan dan ia tergelepar di tengah jalanan.
Banyak sekali orang yang kemudian berhamburan untuk melihat dan membantu Dini. Orang yang menabrak dini mau bertanggung jawab, dan ia segera membawanya ke rumah sakit terdekat. Orang itu sangat kebingungan sekali, karena Dini tidak mempunyai kartu pengenal / kartu pelajar. Orang itu tidak tahu harus menghubungi siapa ?? untuk memberitahukan kabar Dini, Ia segera menghubungi Papanya. Papanya itu segera datang ke rumah sakit. Ohh,,, ternyata tak di sangka-sangka orang tua itu adalah si kolektor tadi dan yang menabrak Dini adalah anaknya. Kemudian ia menunjuk ke arah kaca UGD
“ Itu Pa … anak yang saya tabrak tadi “ .
“ Astaghfirullah … anak itu kan, yang tadi … kenapa kamu bisa menabraknya ? ”
   Kolektor itu sangat terkejut dan Dia emosi sekali.
“ Anak ?? tadi dia tidak melihat saya Pa… dia langsung nyebrang aja “. Dia mencoba untuk menjelaskannya.
Papanya menyuruh untuk segera mencari alamat Dini dan memberitahukan kepada orang tuanya. Setelah mencari dengan susah payahnya akhirnya dia ketemu juga dengan rumah Dini . Kemudian Ibunya di beritahu dan dia meminta maaf karena sudah menabraknya. Ibu Dini memaafkannya karena  dia mau bertanggung jawab, Ibunya segera menuju ke rumah sakit bersamanya.
Saat di rumah sakit kolektor itu membiayai seluruh biaya operasi Dini. Kolektor itu segera menemui Dini di UGD.
“ Nak … Maafkan kesalahan anakku”, Ia membuai rambut Dini dan bercucuran air mata saat melihat keadaan Dini yang sangat lemah dan kritis.
Kemudian kolektor menitipkan sebuah kotak kecil kepada salah seorang suster yang bertugas merawat dan menjaga Dini.
Tak lama kemudian Ibunya datang menuju ke UGD. Dokter itu segera menghampiri Ibunya dan Dokter itu mengatakan bahwa, kedua kakinya harus di amputasi tapi tidak semuanya karena kecelakaan yang dialami Dini sangat parah dan jari jempol, telunjuk tangan kanan Dini juga.
“ Apa Dok…? Bagaimana dengan masa depan anak saya…?
Ibunya yang saat itu sangat khawatir dan Ibunya tidak bisa menahan tetesan airmatanya.
“ Tenang Bu… ini kalau tidak segera di amputasi infeksinya akan menjalar ke seluruh tubuhnya, bisa-bisa Dini lumpuh total Bu…”
Kolektor tadi mendengar pembicaraan antara Dokter dan Ibunya Dini. Kemudian dia sedih, langsung pergi meninggalkan rumah sakit. Ibunya Dini segera menandatangani Surat persetujuan Dokter untuk melakukan operasi. Ibunya Dini menanyakan tentang biaya operasi Dini. Kata Dokter Itu sudah ada yang membiayai operasi dan biaya pasca operasi Di rumah sakit. Ibunya dini sangat bersyukur sekali, karena orang yang menabrak Dini mau bertanggung jawab dan menanggung seluruh biaya rumah sakit. Operasi Dini berlangsung sekitar ± 3 jam. Setelah itu Dini di bawa ke kamar perawatan untuk mengoptimalkan penyembuhan fisiknya. Ibunya sangat sedih sekali, karena melihat Dini tergolek lemah tak berdaya di tempat tidur dan harus menerima kejadian ini. Ibunya Dini menangis tersedu-sedu sampai Dini terbangun.
“ Bu…, Dini dimana ? Kok Ibu menangis”. Suaranya sangat lemah sekali
“ Di rumah sakit, Din…” , Ibunya mencoba untuk menjawab dengan tegar dan nada suaranya yang bergetar.
“ Bu, mana cekku ? “
“ Cek … apa Din ?
“ Cek …Bu pokoknya cek ada uang banyak, Bu..” Dini kelihatan sangat khawatir dengan cek itu.
Ada seorang suster yang tiba-tiba menyerahkan kotak kecil kepada Dini. Ia tidak bisa membuka cek itu karena tangannya belum sembuh dan di suruhlah Ibunya untuk membukanya. Setelah di buka Ibunya terkejut sekali di dalamnya ada cek sebesar 100 juta dan di bawahnya ada koin 5 rupiah. Dini kebingungan sekali karena koinnya sudah ia serahkan kepada kolektor.
Dini segera beranjak untuk membuka selimut yang ada di kakinya, karena kaki kananya mati rasa dan tangannya di perban. Setelah ia membuka selimutnya Dini amat terkejut.
“ Ibu … Kenapa kakiku kok nggak ada, kok cuma satu, Bu ?
Ia berteriak-teriak dan menangis .
Suster segera menyuntikkan Dini dengan obat penenang. Satu jam kemudian terbangun, Ibunya segera menjelaskan semuanya ke Dini dan menjelaskan tangannya. Dini sangat kecewa, tetapi dia bisa menerima kejadian itu walaupun hatinya sangat  berat menerimanya.
“ Ya Allh kenapa semua ini terjadi padaku ? Kenapa aku nggak peranah bahagia”.
Setiap malam saat di rumah sakit, Ia selalu menangis dan tidak mau makan. Selama 1 minggu lebih Dini di rawat di rumah sakit, dan tiba waktunya untuk Dini pulang ke rumah dengan kursi roda. Uang 100 juta itu ia pergunakan untuk membeli rumah yang sederhana, walaupun tidak mewah, tapi Dini merasa tidak tinggal di rumah kardus. Setelah itu Dini di sekolahkan Ibunya Di SLB karena keadaan fisiknya yang serba terbatas, Ibunya membuka warung kecil-kecilan yang menyediakan sembako dan jajanan.
Dini bersekolah Di SLB selama 12 tahun. Tahun ini adalah tahun yang menentukan bahwa lulus tidaknya. Di lingkungan sekitarnya dia selalu di cerca, di hina dan di remehkan. Cantik… cantik kok cacat. Saat mendengarnya hati Dini bagai di sayat-sayat pisau yang sangat tajam dan tertusuk beribu-ribu duri. Sejak saat itu Dini ingin menunjukan kepada semua orang, bahwa dia bisa … bagai anak normal umumnya. Ia mulai rajin belajar, dan ia berprestasi di sekolahnya
Alhamdullilah … Ia lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Ia ingin melanjutkan sekolahnya ke Universitas Negeri yang ada di Jakarta walaupun keadaan yang abnormal. 
Ia menyusun cita-citanya dari tinggi sampai rendah. Pertama dia ingin menjadi seorang Dokter dengan kemampuannya ia sanggup tapi Ia berfikir secara fisik dan ekonomi tidak bisa meraih cita-citanya itu. Yang kedua dia ingin menjadai seorang penyanyi tapi keadaannya yang serba kekurangan fisik, dia berfikir masyarakat belum tentu menerimanya.
Keesokan harinya dia mendaftar ke Universitas di antar oleh Ibunya. Berjuta-juta mata tertuju kearahnya, Dini mencoba tegar dan tidak menghiraukan itu semua. Kemudian ada petugas / Stafnya yang menangani pendaftaran menanyakan ke Ibunya Dini.
“ Apakah dia bisa menulis ? apakah dia sanggup menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswa ? Apakah dia selalu duduk di kursi roda ? Pertanyaan itu bertubi-tubi mengalir ke ibuku
Huh… Pertanyaan-pertanyaan yang bodoh dan tidak logis yang keluar dari orang yang terpelajar. Ibunya Dini terdiam, orang itu memberi penjelasan kepada Ibu Dini bahwa orang seperti Dini tidak bisa di terima di universitas itu.
Kemudian Ibunya menjelaskan ke Dini. Dia meneteskan air mata pada waktu itu tapi, dia mencoba untuk tegar, Ia pulang dengan perasaan yang sangat hancur, karena dia ingin masuk di jurusan IT. Kata temannya di sekitarnya jurusan IT menyenangkan dan kalau tidak mempunyai komputer, di sediakan oleh Universitas bisa di gunakan untuk belajar.
Dini memecahkan celengannya dan mengumpulkan uang untuk membeli kaki palsu, untuk kesuksesannya . Pada malam harinya seperti mendapat ilham dia mencoba untuk menulis kisahnya dan curahan hatinya, dia berpikir karyanya nanti bisa di kirim ke salah satu koran lokal. Tiga hari kemudian karya pertamanya jadi,segera  ia kirimkan ke salah satu koran lokal. Satu minggu setelah itu karyanya di tolak, dia gagal karena cerpennya itu masih jauh dari kesempurnaan. Saat itu juga dunia terasa sangat gelap, Dini sangat putus asa, karena telah berusaha semampunya, tapi hasilnya nihil. Ibunya terus menyemangati, saat itu perasaan Dini sedih, kesal dan menyesal. Selama ini dia terus berdoa , dia selalu sholat lima waktu, sholat tahajudpun dia lakukan, tetapi Allah belum berkenan membuka jalan pada Dini
Dia membaca pada sebuah  majalah ada seorang penyandang cacat dapat menjadi pengusaha yang sukses dan terkenal. Bak pada sebuah ruangan yang sangat gelap, tiba-tiba ada lampu berpijar sangat terang dan membuat ruangan itu terang. Dia mencoba menulis lagi, dan merubah kesalahannya, dia memperbaikinya dengan melihat lewat internet.
Dini menulis sebuah cerpen remaja, 7 hari kemudian dia mengirimkannya dan dimuat. Ia terus menulis lagi dan bersemangat karyanya yang ini dimuat 15 kali, karena kata-katanya menyentuh hati. Dia kemudian membuat lagi, dan mengirimnya ke redaksi sebuah majalah. Tulisannya terus berkembang. Alhamdulillah, dia bisa  membuktikan pada orang-orang yang buta dan memandangnya sebelah mata, dia tidak pantas untuk diremehkan, dan unutuk sukses tidak selalu menjadi orang yang sempurna. Sekarang Dini sangatlah terkenal. Pada suatu malam di bawah sinar bulan purnama, dia keluar dari rumah dan menuju ke halaman rumahnya. Dia tersenyum ke sebuah kotak kecil, ternyata koin itu 5 rupiah.
Taukah kalian semuanya…. bahwa impiannya yang ketiga adalah menjadi seorang penulis. 



Kata – Kata Bijak :

v  Hal terbaik yang bisa kita lakukan saat seorang meragukan kemampuan kita adalah terus belajar kedepan dan terus berbisik dalam hati “Lihat Nanti”

v  Dunia boleh mencibir dan menentertawakan saat kita berjalan dengan kepastian menuju sebuah impian. Karena keyakinan dan tekad yang terus membara akan membungkam mereka pada saatnya nanti.

v  Bersyukur kalian yang dalam keadaan normal, diluar sana banyak sekali orang yang kekurangan fisik dengan semangat berkorban. Janganlah kalian yang normal kalah. . . . dan terus semangat bagi yang kekurangan fisik.

v  Apapun yang terjadi, terus pelihara dan fokus pada impian/ cita-cita, dan saksikan pada saat nanti dimana kita sendiripun terhenyak mendapati diri telah berada di sana.

Cerita Kardus Mie Instan di Gerbong

Karya : M. Noor W.
S
elepas di stasiun Kediri, kereta jurusan Surabaya meneruskan perjalanan menuju stasiun sebagai tujuan terakhir. Gerbong yang ditumpangi lelaki itu nyaris kosong karena banyak penumpang yang turun di Stasius Kediri. Kereta perlahan melewati kota ketika kereta melewati jembatan di atas jalan raya dengan cepatnya. Lelaki itu bangun dari tidurnya, sambil melihat ke tempat barang di atas kepalanya. Kardus bekas kemasan mi instan yang diikat tali plastik itu masih di sana. Ibu tua yang duduk di dekatnya tadi telah turun dari Kediri dan tidak mau ketika diingatkan lelaki itu supaya jangan lupa barangnya. "Tidak. Itu bukan barang saya," jawabnya.
Lelaki itu cepat menduga bahwa ini sebuah keteledoran atau kesengajaan. Boleh jadi sebuah bom itu pikirnya. Ia mulai cemas. Tapi ia memberanikan diri juga untuk menurunkannya dan meletakkan hati-hati di dekat tas jinjingnya sambil mengamati kardus yang diikat itu. Ada celah yang terbuka, terlihat lembaran plastik transparan sebagai pembungkus barang yang ada di dalam. Kereta bergerak terus dan memasuki stasiun berikutnya dengan jalur keretanya yang banyak. Meski tidak berhenti di stasiun itu, kereta tetap bergerak pelahan, seperti kecapaian sehabis berlari kencang sejak dari Kediri.
Lelaki itu mencoba memasukkan tangannya hati-hati melalui celah yang terbuka. Jrenggg,,,melainkan susunan kertas yang disusun rapi. Dengan antusias, ternyata susunan uang kertas pecahan lima puluh ribuan. "Ini pasti palsu," pikirnya. Tiba-tiba ia berkeringat, berimajinasi macam-macam. "Mungkin ini adalah punya orang yang habis mencuri??," pikirnya lagi. Ia dikagetkan oleh kedatangan kuli-kuli yang menyerbu gerbong yang nyaris kosong itu ketika sedang melambat hendak berhenti di stasiun itu.
"Boleh saya bantu, Pak?"
Lelaki itu menggeleng. Ia merapikan ikatan tali-tali plastik itu kembali dan bersiap turun di stasiun itu dengan badan penuh keringat beserta debaran jantungnya yang mendecak.

Lelaki itu selamat sampai tujuan melintasi macet Surabaya selama lebih kurang satu jam di atas bus patas yang padat menjelang magrib bersama gerimis musim penghujan. Di kamar kosnya yang sempit penuh buku, ia pastikan isi kardus itu bukan bom dan uang palsu. Tapi tumpukan uang yang masih diikat rapi kertas pembalut bertanda Bank Indonesia itu tampak asli dan utuh dalam ikatan sepuluh jutaan. Diluar kepala, lelaki itu menghitung dua ratus juta rupiah uang dalam pecahan lima puluh ribuan. Lalu ia mendorong kardus itu ke bawah kolong tempat tidur bersentuhan kardus-kardus lain yang sekarang seperti tidak berharga sama sekali. Sementara, hujan bulan Maret belum hendak berhenti membasuh Kota Surabaya yang penuh debu.
Sebelum sempat tertidur, lelaki itu kadang-kadang memikirkan tindakannya tadi sore di kereta Gajayana, yang memutuskan untuk membawa kardus berisi uang kertas itu. Kadang-kadang ia menyalahkan dirinya dan merasa telah dengan sengaja mengambil risiko yang mungkin berakibat fatal pada dirinya, kadang-kadang merasa berdosa besar.
"Tidak, ini tidak keliru. Saya adalah alamat yang tepat karena pertolongan tangan Tuhan," pikirnya. Sampai akhirnya lelaki itu memutuskan untuk bertahajud. Minta petunjuk dan perlindungan Tuhan. Semua daftar kesulitan hidup yang dialaminya selama ini, dicurhatkan kepada Tuhan tanpa ada yang tertinggal. Seolah-olah selama ini Tuhan telah melupakannya. Tapi malu-malu ia katakan kepada Tuhan bahwa ia telah menjual mobil bututnya untuk membantu kehidupan keluarganya, seorang istri dan tiga orang anak yang sedang butuh biaya tinggi untuk pendidikan.
Tanpa malu-malu diadukannya juga kepada Tuhan bahwa telah hampir dua puluh tahun bekerja sebagai dosen pemerintah, gajinya tetap saja tidak cukup, bahkan selalu hidup dengan berutang. Di depan Tuhan ia juga menjelek-jelekkan pemerintah Indonesia yang telah memutus beasiswa S3 nya setelah melebihi masa studi tujuh semester. Oleh karena itu, istrinya terpaksa membuka warung di rumah, di bilangan kompleks perumahan sederhana di pinggir Kota Surabaya dengan modal hasil penjualan mobil bututnya itu. Padahal dulu, sewaktu ia mendapatkan beasiswa S2 di Australia, justru ia bisa membeli mobil mewah setelah selesai kuliah. Bahkan ia hidup dengan keluarganya di sana dengan bahagia.
Selama studi dua tahun di Australia , ia juga diangkat menjadi tutor untuk kelas bahasa Indonesia dengan tambahan uang saku yang menguntungkan. Sekarang di Surabaya , ia mencari universitas swasta yang mau memakai tenaganya. Untunglah, berkat pertolongan teman-teman, lelaki itu dapat mengajar tiga hari seminggu di dua universitas sekadar cukup untuk menutup biaya hidup di Surabaya sambil menyelesaikan gelar doktornya yang selalu tertunda. Tapi, itu penuh perjuangan. Bertempur dengan angkutan kota yang berjubel, dihadang macet dan serbuan tukang ngamen dan pencopet tiap hari.
Malam itu, ia berencana akan mencoba menguji menggunakan uang kardus itu esok pagi. Mula-mula, ia berniat ke warung dekat rumah kos membeli sabun, rokok, mi instan, biskuit, kopi, gula, dan tissu. Lalu, berangkat lebih awal mengajar naik taksi agar dapat menikmati angkutan nyaman tanpa berdesakan. Sehabis mengajar, berencana menggunakan uang lima puluhan itu untuk membeli kaus kaki, ikat pinggang, celana dalam dan singlet di kaki lima yang biasanya digelar di halte pinggir jalan. Jelas lelaki itu tidak berani membelanjakannya di supermarket atau mal yang biasanya tiap kasir memiliki mesin penguji uang palsu. Apalagi berniat menyimpannya di bank.
Pagi itu ia terbangun oleh ketukan halus di pintu kamarnya. Ibu kos yang janda itu memanggil-manggil namanya dengan genit. Biasa, membagikan jatah termos berisi air panas tiap kamar. Laki-laki itu menduga bahwa dua kamar lainnya pasti sedang kosong. Biasanya, kalau semua penghuni sedang keluar rumah, termos air panas pagi hari cukup diletakkan saja di atas meja makan. Ia tahu persis, kalau nada suara ibu kos itu mulai bergenit-genit, pasti dalam keadaan aman. Artinya, seperti beberapa kali dialaminya, ketika ia membuka pintu, tangan lembut ibu kos yang memegang tangkai termos air panas itu sekalian ditariknya ke dalam kamar. Ibu kos hanya pura-pura saja menolak yang kemudian merintih, "Ah, si Akang genit ah."
"Yang lain pada ke mana?" tanya lelaki itu..
"Pada pulang. Pergi setor," sambil tertawa cekikan.
Padahal, kalau penghuni tiga kamar belakang itu lengkap, hal itu tidak akan terjadi. Dan, lelaki itu memaksa ibu kos menyedukan kopi untuknya sebelum meninggalkan kamar. Seperti biasa, ia menurut, bahkan seperti hendak memuntahkan kerinduannya kepada si Akang. Janda beranak dua yang kedua anaknya sedang sekolah di SMP dan SMA itu sudah lama ditinggal suaminya yang pelaut. Aroma kopi di pagi itu begitu nikmat sekali. Langit Surabya tetap saja mendung, seperti  bersiap dengan tenaganya yang besar untuk menghujani kota ini. Dari balik tirai jendela kamar yang terletak di lantai dua itu, genteng rumah tetangga kelihatan basah. Seekor kucing melintas cepat dan menghilang di balik got genteng rumah sebelahnya lagi. 
Lelaki itu terbangun ketika suara gaduh langkah-langkah orang menaiki tangga kayu di depan kamarnya. Udara dingin yang datang dari tempias hujan dan angin mengguyur Surabaya. Ia terlonjak dan melihat jam weker di meja. Pukul tujuh lewat. Suara gaduh itu membuatnya keluar kamar dan langsung berhadapan dengan ibu kos yang dibantu oleh pembantu mengangkat barang-barang yang mungkin dapat diselamatkan dari serbuan banjir.
"Pak, tolong Pak. Banjir," ujar ibu kos terengah-engah.
Lelaki itu cepat masuk kamar, memeriksa kembali kardus yang ditaruhnya di bawah tempat tidur sore kemarin, sekadar meyakinkan dirinya bahwa kardus itu tidak basah. Kardus mi instan itu masih di sana. Ia menariknya ke luar dan merogoh isinya. Hanya plastik-plastik bekas pembungkus alat-alat komputer yang beberapa hari lewat dibelinya di Kebon Sari. Tak lebih dari itu. Ia sangat kecewa.


BIOGRAFI

Dia bernama Muhammad Noor Widiansyah, biasa dipanggil Noor. Dia lahir di Kediri pada tanggal 8 Oktober 1995. Alamat rumah dia di Bandar Lor Gg. IX no. 63A. Hobi dia dirumah yaitu bermain game online, jalan-jalan, dan lain-lain. Pendidikannya dimulai di TK Dharma Wanita, dilanjutkan di SDN Bandar Lor 4, lalu ke SMPN 8 Kota Kediri yang lulus pd tahun 2011, lalu dia melanjutkan di SMAN 5 Kediri. Dia anak ke-2 dari 2 bersaudara. Motto hidup dia “Jangan menengok kebelekang, karena di depanmu sudah menanti sukses”. Hal menarik yang pernah ia alami adalah ketika ia mendapatkan hadiah dari ULTAHnya.






Mata Gadis Palestina

Karya : M. Santoso
Al viva gadis kecil berumur 5 tahun  yang tinggal bersama keluarganya di  Negara bagian Palestina. Ibunya bekerja sebagai buruh cuci didesa qoir, tempat mereka tinggal, sedang  ayah al viva menjadi pedagang sayur di pasar dekat kota. Kehidupan al viva dan keluarganya bisa dibilang sangat kekurangan. Mereka sehari-hari makan dengan makanan yang seadanya dan tidak jarang pula mereka tidak makan. Demikian pula dengan al viva, gadis kecil itu tidak dapat bersekolah karena orang tuanya tidak sanggup membiayai sekolah anaknya itu. Di desa tempat mereka tinggal, al viva dan orang tuanya dikucilkan oleh warga desa yang lain karena keadaan ekonomi mereka yang serba kekurangan.
            Suatu hari, ketika al viva sedang membantu ibunya mencuci pakaian, dengan polosnya al viva kecil itu bertanya kepada ibunya “bu kenapa keluarga kita tidak bisa diterima oleh orang-orang sekitar, dan kenapa aku tidak mempunyai teman di desa ini ?”. ibu al viva hanya terdiam mendengar pertanyaan anaknya itu dan lekas menjemur pakaian yang  selesai mereka cuci.
Senja  mulai menyelimuti desa itu, tiba saatnya ayah al viva pulang berdagang dari pasar. Al viva pun menunggu ayahnya di depan pintu rumah. Dari kejauhan terlihat sosok pria berjalan mendekat sambil membawa sesuatu dipundaknya,  tanpa ragu al viva pun  menghampiri pria itu yang ternyata ayahnya dan langsung membantu ayahnya membawa sayuran sisa  yang tidak terjual. “yah mana sayurnya biar aku yang bawa!!” kata al viva kecil sambil menarik-narik baju ayahnya. “memangnya kamu kuat membawanya nak ??” jawab ayah al viva sambil menurunkan sayuran dari pundaknya. “pasti kuat yah!” jawab al viva sambil membawa sayuran di kiri dan kanan tangan kecilnya.
Sementara itu ibu al viva sedang menanti  mereka di dalam rumah,  duduk  terdiam menghadap kearah jendela depan ruang tamu. Dan yang ditunggupun datang dengan membawa sisa sayuran yang tidak terjual. Sesegera mungkin ibu al viva menghampiri mereka berdua dan langsung membawa sayuran sisa ke dapur untuk dijadikan makanan pada hari itu. Al viva pun dengan cekatan segera menyuruh ayahnya untuk duduk dikursi tua yang sudah tua dan tanpa disuruh al viva pun memijat pundak ayahnya yang kelelahan pulang berdagang dari pasar. “yah cepetan duduk, biar aku pijat pundak ayah, ayahkan capek!!!” kata al viva dengan keluguan wajahnya.
Tidak lama kemudian  ibu al viva datang menghampiri mereka dengan membawa sepiring sayur tanpa ada nasi disebelahnya. Tanpa ragu al viva dan orang tuanya melahap sayur tersebut.
Keesokan harinya, ayah dan ibu al viva bekerja seperti biasa. Al viva pada hari itu memutuskan untuk bermain keluar rumah, dia melihat teman-teman sebayanya bermain dengan riang gembira bersama-sama. Al viva pun mencoba mendekat dan berharap dia diajak bermain bersama-sama dengan mereka. “hai teman-teman, mau nggak main sama aku?” ucap al viva dengan wajah yang mengharap. “memang kamu siapa berani bermain sama kita, kamu anak orang miskin, tahu diri dong, pergi sana dasar miskin!!” kata teman-teman al viva. Mereka pun mengusir al viva dan mendorongnya hingga terjatuh. Al viva menangis dan berlari menuju jalan raya. Dia berhenti disebuah pertigaan, karena dia melihat sekor kucing yang kesakitan karena baru tertabrak motor. Tanpa ragu al viva membawa kucing itu kerumahnya, untuk diobati dan dia pun berjanji akan merawat dan memelihara kucing itu.
Sesampainya dirumah, al viva menunjukkan kucing yang ditemukannya kepada ibunya yang sedang mencuci baju. Ibunya terkejut saat melihat anaknya sedang membawa seekor kucing cantik, ibu al viva  mengira  kalau anaknya  mencuri kucing itu, tapi dalam sisi lain ia tak percaya kalau anaknya mencuri. “nak, kamu dapat kucing cantik ini dari mana, apakah kamu mencurinya??” Tanya ibu al viva. “ tidak bu, aku tak mungkin mencuri..aku menemukan kucing ini di jalan sedang kesakitan, lalu aku membawanya pulang untuk diobati” jawab al viva. “oooo…seperti itu, ya sudah kalau begitu, cepat kamu ambilkan kain bekas dan perban di kaki yang sakit!!” perintah ibu al viva.
Al viva pun bergegas mengambil kain bekas dan segera memperban kaki kucing itu. Akhirnya dengan ketekunan al viva dan keluarganya dalam merawat kucing itu, kucing itu pun sembuh dan bisa berjalan lagi. Setiap hari al viva pun,  dihabiskan dengan bermain dengan kucing yang ditemukannya. Al viva merasa baru kali ini dia bisa bermain dengan riang, meskipun dengan seekor kucing. Beberapa bulan setelah kucing itu ditemukan, kucing itu pun menghilang dengan tiba-tiba, al viva pun merasa sangat kehilangan. Ia mencari kesana-kemari tetapi hasilnya nihil. Tak terasa sudah 1 tahun kucing al viva menghilang, dan al viva pun mulai bisa melupakan kucing kesayangannya itu. Hari demi hari dilewati al viva dan keluarganya dengan sangat berat.
Pepatah pernah mengatakan bahwa hidup manusia itu seperti roda yang berputar, kadang diatas dan kadang pula dibawah. Tapi tidak dengan kehidupan al viva kecil, ia selalu dihujat oleh orang-orang sekitarnya.
Tanggal 13 agustus 1994, hari terasa lebih cepat di Negara bagian Palestina. Malam menyelimuti desa tempat al viva tinggal. Dari kejahuan samar-samar terdengar suara gemuruh yang sangat menakutkan al viva dan keluarganya mencoba melihatnya dari belakang jendela ruang tamu. Al viva dan keluarganya melihat segerombolan orang tak dikenal datang dari depan gang menuju rumah al viva dengan membawa senjata tajam. Al viva merasa ketakutan, dengan spontan ibunya memeluknya, ayah al viva pun memberanikan diri untuk keluar rumah. Ibu al viva pun sudah melarang suaminya untuk keluar karena segerombolan orang itu membawa senjata tajam, tetapi ayah al viva pun nekad untuk keluar rumah.
“diaaaaar….”terdengar  suara tembakan, peluru itu pun mengenai dada ayah al viva, dan seketika ayahnya tersungkur ke tanah dengan berlumuran darah. Di dalam rumah al viva dan ibunya sangat ketakutan, ibu al viva seketika menyuruh al viva besembunyi di bawah meja ruang tamu mereka. “al viva cepat kamu bersembunyi di bawah meja itu!!!!”suruh ibu al viva kepada gadis kecil itu. “ibu aku takut sekali…”ucap al viva kepada ibunya. Al viva pun segera bersembunyi dibawah meja dengan berlinangan air mata melihat secara langsung ayahnya dibunuh oleh orang-orang tak dikenal.  Ibu al viva berlari menuju suaminya yang tertembak oleh orang-orang itu, ia memeluk suaminya yang berlumuran darah, dengan berlinangan air mata. Tiba-tiba dari arah  belakang  muncul seorang laki-laki berbadan tegap membawa pistol di tangan kanannya. Tanpa ragu laki-laki itu pun menembaki ayah dan ibu al viva yang tidak tahu apa-apa. Didalam rumah al viva pun terdiam, berlinangan air mata melihat orang tuanya dibunuh dengan kejamnya. Tapi untungnya keberuntungan saat itu sedang ada pada diri al viva. Orang-orang jahat itu tidak masuk kedalam rumah dan membunuhnya.
Pada malam itu hidup al viva mulai tidak karu-karuan…..
Perputaran waktu membawanya menjadi seorang gadis remaja yang tidak tertata hidupnya. Agar al viva bisa bertahan hidup, dia relakan untuk  menjual tubuhnya ke laki-laki hidung belang. Al viva mulai banyak dikenal orang sebagai pekerja seks, al viva tidak menghiraukan apa kata orang kepadanya.
Hari demi hari pun dilaluinya dengan seorang diri tanpa ada orang terkasih disampingnya, sehingga membawa al viva ke lubang hitam  kehidupan. Sampai saat ini al viva tetap menjadi  pekerja seks komersial. Tapi hanya satu yang bisa menyadarkannya, yaitu Tuhan.




           
           Namaku adalah Mochamat Santoso, aku  lahir di kota Kediri tepatnya pada tanggal 30 Oktober1995. Alamat tempat aku tinggal yaitu di jalan terusan anjasmoro ,desa bujel , kota Kediri. JAWA TIMUR.  Pada tahun 2002 aku lulus dari TK.PERBA dan pada tahun 2008 lulus dari SDN.SUKORAME2. tahun 2011 lulus dari SMPN 8 Kediri dan hingga sekarang ini aku bersekolah di SMAN 5 Kediri\.


        Kegiatan yang paling aku senangi yaitu menyanyi dan menggambar. Dalam hidupku aku mempunyai 1 MOTO yang bagiku moto ini sangat berpengaruh pada kehiduanku, yaitu “HARGAILAH KEHIDUPANMU, MESKIPUN ITU MENYAKITKAN”. Di biografi ini aku akan menceritakan hal menarik di dalam diriku, yaitu aku orangnya tidak pernah diam, aku juga tidak suka berdiam diri dan menyendiri. Itulah aku apa adanya.
           

Mengapa Aku Menulis?

Karya : M. Ridwan

Tak pernah terbayangkan olehku, mengapa jiwa ini ingin sekali menjadi seorang penulis. Sedikitpun bahkan. Sejarahku kumulai hari ini, malam ini, detik ini, dan tepat pada putaran bumi saat ini, saat bumiku gelap dan terpancar sinar dari lampu-lampu kota.
Menulis, yup, bagiku adalah sebuah proses dimana kutuangkan semua rasa ini yang kian datang untuk membebani dalam pikiranku. Seakan inilah obat yang aku minum di kala rasa pusing, pening, bahkan saat stress datang untuk menghampiriku. Aku bukanlah seorang yang pandai dalam ilmu sastra, namun aku mencoba untuk bisa membuat sebuah tulisan yang kelak akan bermanfaat untukku, bahkan untuk orang lain.
Mengapa aku menulis? Itulah pertanyaanku selama ini menghantui di pikiranku? Bukankah setiap orang melakukan segala sesuatu pasti ada alasan? Tapi mengapa dengan diriku? Aku hanya melakukan segala sesuatu untuk kepuasan batinku. Tapi, apakah semua hal yang kita lakukan harus dengan alasan? Dan apakah seorang pujangga harus mempunyai alasan pula untuk bisa mencintai seseorang wanita, yang dicintanya? Jika hal itu terjadi bagaimana jika seseorang  yang kita cintai tidak sesuai dengan yang kita inginkan? Apakah hal itu harus memerlukan sebuah alasan pula untuk mencintainya?
Kucoba untuk mendalami kegemaranku, kutuliskan berbagai materi atau bahkan kisah-kisahku yang pernah aku alami. Kudapatkan berbagai motivasi untuk menulis dari seorang guru, guru yang tak pernah mendapatkan gelar sebagai guru.  Adalah seorang pendongkrak motivasi yang kian tiada henti untuk memotivasiku agar terus berkarya. Pernah aku berpikir, bagaimana aku harus membalas jasanya, apakah dengan materi aku bisa? Tapi hatiku lagi-lagi menjawab, tidak, materi tak akan cukup untuk menggantikan jasanya padaku. Mungkin, hanya dengan menulislah aku dapat meneruskan ilmu yang ia wariskan padaku, dengan berkarya dan mengajarkan ilmunya mungkin aku bisa membalas?
Suatu ketika aku berkunjung ke rumahnya, hari itu aku berkunjung bersama temanku, tepatnya sahabat sekaligus guru spiritualku, Heikal. Tanyakan padanya bagaimana untuk bisa menulis, dan kenapa seseorang menulis, “seseorang melakukan segala sesuatu pasti berawal dari sebuah pertanyaan, begitu pula dengan menulis, mengapa seseorang menulis? Ia pasti ingin menjawab pertannyan yang ada dalam dirinya.”
“Lalu bagaimana untuk bisa mendapatkan pertannyaan itu?” sahutku dengan rasa penasaran. “Mainkan imajinasimu, pasti seseorang memiliki sebuah pertannyaan, tapi kamu bisa atau tidak untuk mengungkapkan pertannyaan tersebut untuk menjadi sebuah tulisan.” Jawabnya sigap dengan cekatan ia menjawabkan pertannyaan ku, seakan-akan ia sudah sangat berpengalaman untuk hal ini. Memang ku akui, baru pertama kalinya kucoba untuk menuliskan sebuah tulisan yang dibaca oleh orang lain. Kucobakan untuk menuliskan sebuah tulisan,, ya.., meskipun tanpa ada karangan, tepatnya langsung kucoba. Aku hannya bisa menuliskan beberapa kata yang mungkin tidak atau bahkan sangat berantakan dan tak beralur. Dari pengalaman tulisan pertamaku aku mencoba untuk meneruskan untuk mencoba dan berusaha untuk menekuni bidang ini, bidang yang asing bagiku, dan baru kali ini aku mencoba untuk menekuni pekerjaan penuh tantangan yang tampak maya, tak terlihat.
*******
Kumulai menuliskan kisahku malam ini, kulakukan semua pekerjaan sehari-hariku dengan pasti, dan tampak sempurna. Hari ini tampak sangat berbada, hari tampak tak seperti biasanya aku mulai menyadari apakah arti dari semua pekerjaan yang kulakukan. Namun, hal itu tercoreng dengan sikapku yang lambat hari mulai buruk, tampaklah sikap asliku sebagai seseorang yang memiliki watak keras dan penuh humoris. Kumulai menulis sebuah kata, kata yang mungkin bisa mewakilkan perasaanku saat ini. Aku tak sering menuliskan sebuah cerita dengan alur seperti ini, entah apa yang mempengaruhi pikiranku? Hanya rasa salah dan berdosa yang ada dalam pikiranku, aku hanya menulis seadanya sesuai dengan apa kata hatiku.
Tak seorangpun yang mengetahui, apa isi hatiku, karena aku mencoba untuk menyimpan dalam-dalam perasaan ku. Menulis? Ya, itu adalah obat bagiku, ku muntahkan semua rasa kesal, kecewa, sedih, gembira, senang, bahagia, atau apapun itu, yang terfikir olehku hanyalah menuangkan rasaku pada sebuah tulisan, tulisan yang tak tampak hidup, tapi menjadi nyawa bagi seseorang sepertiku, lagi-lagi aku berfikir, mengapa harus kutuangkan segala perasaanku pada tulisan? Apakah tak seorangpun mau untuk mendengar keluh-kesalku? TIDAK!, bukan pertannyaan seperti itu yang bisa menjawab, namun hatiku seakan kurang percaya atas semua orang yang ada disekelilingku, lalu, apakah aku salah apabila harus menuangkannya dalam sebuah tulisan yang tak tampak nyata ini? Hatiku terus bertannya, sebenarnya mengapa aku harus menulis?
Lagi-lagi hanya dengan tulisan ini, tulisan yang mewakili sekian banyak kisah yang telah kulakukan sekarang ini, atau bahkan esok hari, pun selama aku masih ingin mencurahkan semua perasaan ini kepada sebuah tinta hitam yang melukiskan berbagai kata dalam sebuah bentang kertas putih yang tak tampak gelap, aku akan melakukan. Semua yang tertulis melambangkan semua yang telah kulakukan, kumencoba untuk merangkainya, apakah kelak aku akan tetap begini? Hanya hidup dengan berbagai tulisan kisah hidupku yang telah lalu?
Menulis, adalah hoby yang menyenangkan..? namun, sayangnya tidak semua orang bisa mendukung aktifitasku  ini, entah karena apa? Ada seseorang yang melarangku karena beliau sangat kawatir, jika waktuku habis hannya untuk menulis dan akhirnya semua aktifitasku akan terhambat, termasuk aktifitas belajarku. Tapi, menurutku hal tersebut amat sangat tidak berpengaruh padaku, bahkan aku bisa mendapatkan nilai tambah.  Tapi entah, kenapa ya..? tapi aku tetap ingin aku pertahankan hobyku yang satu ini, mungkin karna aku sangat cinta, bahkan sangat suka dengan hoby yang satu ini. Suatu ketika aku memulai aktifitasku didalam kamar, “lagi nyapo le?”, lantas aku sangat kaget mendengarkan suara itu, “ndak lek,cuman mau nulis!” jawabku seadanya.
Nulis opo maneh..?”, jawabnya penuh tannya, “ndang dipateni, wes wengi!”, lanjutnya. Aku hannya bisa mengiyakannya, padahal ingin sekali aku untuk melanjutkan cerita yang aku tulis dua hari yang lalu.
*******
Pagi mulai terik, matahari mulai datang untuk membangunkanku. Tiba-tiba terdengar suara memanggilku, “wan, tangi! Wes sholat gung?”, lantas aku segera melihat jam dinding dikamarku, “oh, tidak!, aku terlambat bangun”, teriakku saat itu. Aku kaget bukan main karena jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Tanpa basa-basi aku langsung meloncat dari kasurku dan memulai aktifitasku yang sangat terlambat kumulai hari itu. Tak lupa sebelum aku berangkat sekolah, aku sempatkan untuk menulis, tepatnya melanjutkan ceritaku semalam, yang terputus oleh rasa ngantuk yang bukan main.
Kisah yang kutuliskan saat ini sangat berbeda, karena saat ini aku menuliskan tentang CINTA!, sesuatu yang sangat sering dipuja oleh setiap orang, mungkin terasa biasa untukku, dalam hatiku sempat bertanya-tanya apakah afdol seseorang menuliskan tentang CINTA, sedangkan dia belum pernah mengungkapkan persaan CINTAnya kepada pujaan hatinya?
Tapi, aku membuang jauh-jauh tentang pertannyaan yang ada dalam benakku., saat ini aku baru merasakan bagaimana perasaan CINTA itu ketika menghampiri hati kita, ufh, rasanya sangat salting hati ini, perasaan yang sangat aneh, mungkin karena aku baru saja merasakan perasaan itu.
Kisah CINTA ku ini kumulai saat aku berjalan ke perpustakaan sekolah, saat itu tak sengaja aku menjatuhkan buku seorang teman, ya aku masih menyebutnya teman saat ini, entah esok hari? Ketika aku hendak mengambil, tangannya memegang tanganku.,,, dalam hati aku berdo’a, Ya Tuhan., terimakasih kau telah mengirimkan bidadari untuk hambamu ini. Wajahnya terasa sangat sempurna, tangannya sangat halus seperti sutra istimewa yang sangat halus. Ketika kutatap matanya, arrgh..., sungguh menggoda imanku saja. Bagaimana tidak? Bulu-bulu dimatannya terlihat sangat lentik dan lagi-lagi tidak ada kata lain selin so perfect.
Mungkin itu pertemuan pertama dan terakhir, fikirku. Tetapi, tuhan sangat baik hati terhadap diriku, yang sangat aku heran ternyata ia adalah temanku satu kelas! Dia anak baru, pindahan dari luar kota. Aduuh,,.. jadi salting terus ketika dikelas, pelajaran yang diterangkan terasa lewat begiu saja tanpa ada yang terekam diotakku sedikitpun, yang terisi hanya pertannyaan tentang wanita tersebut, siapa namanya? Dimana rumahnya? Dan berapa nomor telfonnya?, entah kenapa hari ini jadi sangat aneh.
Teeeeet...., jam istirahat telah tiba, kuberanikan diriku untuk berkenalan dengannya. Aku terlihat sangat gugup ketika berbincang-bincang dengannya. Tak kusangka ia tampak terlihat antusias dengan perbincangan kami. Aku mulai menannyakan sesuatu tepatnya pertannyaan tentang dirinya. 
Ternyata namanya Linda, seorang wanita yang berasal dari Bandung. Dia sangat ramah, baik hati, dan tampaknya cerdas juga. Aku mulai tertarik dengan kepribadiannya, perilakunya begitu anggun dan tuturkatanya sangat sopan.
Malam ini aku berencana untuk mengajaknya, kebetulan ini adalaha hari sabtu. Ternyata ia menerima ajakanku dengan senang hati. Emmbh..,, senangnya hati ini ketika mendengarkan perkataan “iya” dari mulutnya.
Tepat pukul 7 malam, ponselku berdering, tanda sebuah pesan masuk. Ternyata, itu adalah sebuah pesan dari wanita yang aku dambakan, ya malam itu Linda mengirimkan sebuah SMS kepadaku, “Ridwan, aku tunggu di KTS ya!”, aku langsung berangkat menuju kesana. Ternyata disebuah restoran tempat kami janjian pagi tadi Linda sudah duduk manis, menunggu ku. “Hai Linda, apa kabar?”, sapaku memulai percakapan kami, “oh, ya,kamu sudah datang ya?”.
Malam itu kami menghabiskan malam bersama, aku menceritakan kota Kediri padanya, maklum, ia baru mengenalnya. Dia sangat menyimak penjelasan yang kuberikan.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Aku memutuskan untuk mengajaknya pulang, ia pun sudah nampak capek, mungkin karena aktifitas pagi tadi yang sangat penuh.
Pertemuan malam itu menjadi awal dari kisah cintaku padanya, ya, pada seorang gadis yang bernama Linda, seorang gadis yang berasal dari kota kembang, Bandung. Wanita yang tak pernah ku kenal sebelumnya, wanita yang hadir tanpa kusadari, ya, mungkin memang seperti itulah aku mendapatkan CINTA pertamaku, CINTA dengan seorang gadis bernama LINDA..
*******
 Kediri, 25 April 2012










BIOGRAFI PENULIS
Namanya Mochamad Ridwan Arif A. Biasa dipanggil “mbahkong”. Ia lahir di kota tahu, Kediri, 7 Maret 1996. Kini ia sedang menjadi seorang siswa di salah satu SMA di kota Kediri, tepatnya di SMA Negeri 5 Kediri. Ridwan mengawali pendidikan di TK Tauladan Pare, lalu melanjutkan ke SDN Pelem 1, saat tengah semester kelas 3 ia pindah ke SDN Mojoroto 3, karena orang tuanya pindah ke kotanya saat ini. Lalu, ia lanjutkan jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 8 Kediri.
Lelaki penyuka warna biru ini, memiliki hobi otak-atik komputer, sesekali bernyanyi di tengah kesibukannya. Ia memiliki cita-cita sebagai seorang guru, karena ia ingin meneruskan jejak ibunya, sebagai seorang guru. Kini ia mengisi hari-harinya dengan bermain di taman baca, bermain komputer, berlatih menyanyi, dan setia menunggu kedatangan seorang “Linda”.